Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Penulisan Makalah Orientasi Akhlak Agama Islam


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, yakni pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian yang bagus dan akhlak yang mulia. Tidak ada satu orang hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar apapun kita kalau akhlak dan kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan tidak dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dimanapun kita berada. Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan anak zaman sekarang.
1.2         Rumusan Masalah
            1.      Apa pengertian dari akhlak?
            2.      dasar-dasar akhlak?
            3.      tujuan akhlak?
            4.      Bagaimana hikmah mempelajari akhlak?
            5.      Bagaimana proses pembentukan akhlak?
           6.      Apa kelebihan manusia dan makhluk lainnya?
           7.      Apakah fungsi tanggung jawab manusia dalam islam?

1.3.        Tujuan Penulisan Makalah
          1.      Untuk mengetahui pengertian akhlak.
          2.      Untuk mengetahui dasar-dasar akhlak.
          3.      Untuk mengetahui hikmah mempelajari akhlak.
         4.       Untuk mengetahu proses pembentukan akhlak.
         5.      Untuk mengetahui kelebihan manusia dan makhluk lainnya.
          6.      Untuk mengetahui fungsi tanggung jawab manusia dalam islam.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.   Pengertian Akhlak
         Kata akhlak merupakan bentuk jama’ dari dari kata khuluq,artinya tingkah laku, perangai, dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa di pikir dan direnungkan lagi.
         Menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Para Ulama Ilmu Akhlaq merumuskan definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang di kemukakannya, antara lain:                                                                               a.    Al-Qurtuby mengatakan :
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab-kesopanannya disebut akhlaq, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.
b.   Muhammad bin ‘illan Al-Sadiqy mengatakan:
Akhlaq adalah suatu pembawaan pada diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain).
c.    Ibnu Maskawih mengatakan:
            Akhlaq adalah keadaan jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih lama).

2.2. Dasar-dasar Ilmu Akhlak
Adapun dasar-dasar Ilmu Akhlak adalah sebagai berikut:
     1.      Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain. Mengingat al-Qur’an merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas. Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur’an yang membutuhkan penafsiran.

     2.      Al-Hadits
Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada hadits yang dikeluarkan oleh Nabi karena seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang sahabat, karena peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Qur’an.                 Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah menjawab akhlak Nabi adalah al-Qur’an. Dengan demikian, Nabi merupakan interpretasi yang hidup terhadap al-Qur’an. Karena segala ucapan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah), dan penetapan (Taqririyah)   merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi senantiasa terjaga.                       
3.      Akal (al-aqlu)                                                                                                              Salah satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya adalah akal. Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan antara yang hak dengan yang bathil. orang yang tidak menggunakan potensinya dengan baik, maka derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan binatang.

2.3.            Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq              
1.    Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan manusia
Orang yang beriman dan berilmu (termasuk di dalamnya adalah ilmu akhlak), akan lebih utama dari pada orang yang tidak beriman dan berilmu. Sebab dengan pengetahuan ilmu akhlak, seseorang akan lebih sadar mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Firman Allah swt dalam Al-Qur'an :
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ 
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. AL-Mujadalah : 11)
             2 .      menuntun kepada kebaikan
Ilmu akhlak merupakan pendorong dan pemicu yang dapat mempengaruhi diri seseorang untuk membentuk hati yang suci baik lahir dan batin yang akan berguna bagi sesama manusia ataupun makhluk yang lain. 

Dengan ilmu akhlak manusia akan ditunjukkan dan diajarkan cara-cara membentuk pribadi yang mulia, menuntun kepada akhlak yang baik dan terpuji sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur'an al-karim yang berbunyi :
 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ                                      
Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(QS.Al-Qalam:4)
3.    Tujuan mempelajarai ilmu akhlak akan menyempurnakan iman           Akhlak mulia adalah merupakan manifestasi dari kesempurnaan iman seseorang. Sebagaimana dalil hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya :
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. (HR. Turmidzi)
4.                   Memperoleh keutamaan di hari kemudian.
Manfaat dan tujuan yang lain dari mempelajari ilmu akhlak adalah akan mendapatkan akhlak mulia. Dengan mendapatkan akhlak yang mulia, maka akan memperoleh derajat yang terhormat di
hari kiamat nanti.. Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw. :
ما من شيءٍ أثقلُ في ميزان العبد المؤمن يوم القيامة من حُسن الخلق. وإن الله يبغض الفاحش البذي
Artinya : Tiada sesuatu yang lebih berat timbangan seseorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan Allah sangat benci kepada orang yang kotor (keji) mulutnya dan kelakuannya (HR. Turmidzi)
5.    Membina kerukunan hidup bertetangga
Sabda nabi Muhammad saw . :
لا يدخل الجنة من لا يأمن جاره بوائقه
Artinya : Tidak akan masuk
surga, orang yang membuat tetangganya tidak tentram karena kejahatannya. (HR. Nukhari-Muslim)
           6.      Membina pergaulan umum
Tujuan dan manfaat ilmu akhlak adalah untuk membina pergaulan umum. Akhlak menempati posisi dan peranan yang penting dalam kehidupan dan tata pergaulan umum. Salah satu contoh dapat dikemukakan : setiap orang yang dapat diterima sebagai karyawan atau pekerja baik dalam perusahaan swasta ataupun pemerintah adalah mereka yang dapat menunjukkan surat keterangan yang menyatakan bahwa mereka berkelakuan baik atau dalam istilah sekarang adalah SKCK (Surat keterangan cakap kelakuan).
Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan dari pergaulan umum. Dan dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang baik,mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.
         7.      Mensukseskan pembangunan negara
Tujuan dan manfaat selanjutnya mempelajari ahklak adalah dapat mensukseskan pemabngunan negara.
Akhlak merupakan salah satu faktor yang wajib ada atau mutlak dalam pembanguan bangsa dan karakter bangsa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya pembangunan akan lebih baik apabila pemimpin dan warganya berakhlak mulia sehingga pembangunan negara akan sukses dan tercapai dengan baik.
Sebaliknya, apabila akhlak para pemimpin dan warganya rusak (misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, keadilan tidak merata, dll), maka niscaya pembangunan di suatu yang diharapkan sukses dan berhasil baik tidak akan tercapai. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syauqi Bey, dalam gubahan syairnya :
وإنما الأمم الأخلاق ما بقيت فإن همُ ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya : suatu bangsa dikenal (jaya) karena akhlaknya. Bila akhlaknya rusak, maka rusaklah bangsa itu."
Dapat dikatakan bahwa kejayaan atau kehancuran suatu bangsa terletak pada akhlaknya. Apabila suatu bangsa berakhlak mulia, maka tersohorlah bangsa itu. Namun apabila bangsa itu rusak akhlaknya maka rendahlah (hancurlah) nama suatubangsa.
        8.      Menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan manfaatnya adalah dapat
menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara di dunia.Apabila para pemimpin dunia berakhlak baik, mulia dan bijaksana, niscaya masyarakat dunia akan merasakan kebahagiaan dan perdamaian. Namun sebaliknya, apabila pemimpin dunia itu rusak akhlaknya, maka akan besar sekali kemungkinannya dimana-mana akan terjadi peperangan yang tentunya akan membawa banyak korban baik harta maupun jiwa.
Apabila akhlak mulia ini tidak dimiliki oleh para pemimpin dunia dan juga warga masyarakat dunia seluruhnya maka akan membawa kehancuran dunia baik di darat. laut maupun udara. Hal yang demikian ini adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab akibat pengaruh dari hawa nafsu jahat yang tidak terkendalikan.

Sebagaimana dijelaskan dan diterangkan dalam Kitabullah Al-Qur'an yang berbunyi :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ  '

Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)

Dengan demikian jelaslah bahwa kehidupan di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari akhlak para pemimpinnya. Apabila dunia ini dipimpin oleh orang yang berakhlak mulia, maka roda perjalanan kehidupan dunia ini akan aman, sejahtera dan sentosa.

2.4.          Hikmah mempelajari akhlak
Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal dansyahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat.
Menurut Mustafa Zahri: untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci bersih seperti cermin yang dapat menerima Nur Tuhan. Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.
Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
           ·         Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.
          ·         Akan disenangi orang dalam pergaulan.
       ·     Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
·         Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan dan kemudahan delam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
·         Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari segala penderitaan dan kesukaran.
Orang yang berakhlak dapat memperoleh irsyad, taufiq, dan hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.
Menurut Drs. Barmawi Umari disebutkan bahwa:
1.      Ilmu akhlak,                                                                                                    dapat mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya, yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
2.      Berakhlak,                                                                                                                   dapat memperoleh irsyad, taufiq dan hidayah yang dengan demikian maka Isya Allah kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa manfaat dari akhlak, adalah sebagai berikut:
         1.      Meningkatkan derajat manusia
Tujuan ilmu pengetahuan ialah meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental spiritual. Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang yang tidak berilmu pengetahuan. Hal ini diterangkan dalam al quran: (Q.S. Az-Zumar: 9)
“Katakanlah (hai Muhammad): “Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan orang-orang yang tidak mberilmu pengetahuan?” Sesungguhnya orang-orang yang berusahalah yang dapat menerima pelajaran.”
       2.      Menuntun kepada kebaikan
Ilmu akhlak bukan sekedar memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Sebagai contoh Rasulullah SAW. Justru karena beliau mengetahui akhlak, maka jadilah beliau sebagai manusia yang paling mulia akhlaknya, sebagaimana dinyatakan dalam al quran: (Q.S. Al-Qalam: 4)
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dengan keterangan tersebut jelaslah bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu yang mengandung kepada kebaikan, serta memberikan tuntutan kepadanya.
         3.      Menifestasi kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan melahirkan kesempurnaan akhlak. Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah manifestasi daripada kesempurnaan iman. Sebaiknya tidaklah dipandang orang itu beriman dengan sungguh-sungguh jika akhlaknya buruk.
Dalam hubungan ini, Abu Hurairah meriwayatkan penegasan Rasulullah SAW.
“orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di antara kamu ialah yang terbaik kepada istrinya.”(H.R. At-Tirmizi)
        4.      Keutamaan dari hari kiamat
Disebutkan dalam berbagai hadis bahwa Rasulullah SAW menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur akan menempati kedudukan yang terhormat dari hari kiamat.
“Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin dari hari kiamat daripada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan kelukan.” (H.R. At-Tirmizi) 
        5.      Kebutuhan pokok dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan akhlak yang baik, tidak dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah. Akhlak yang luhur itulah yang mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua pihak.
Tegasnya akan meranalah rumah tangga yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan bahagialah rumah tangga yang dirangkum dengan keindahan akhlak.
        6.      Membina kerukunan antar tetangga
Pentingnya akhlakul karimah di sini cukup jelas, karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak mengindahkan kode etika. Islam mengajarkan agar mengajarkan agar antara tetangga dibangun jembatan emas berupa silaturahmi.
         7.      Untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Akhlak adalah faktor mutlak dalam nation dan character building. Suatu bangsa dan negara akan jaya, apabila warga negaranya terdiri dari orang-orang/masyarakat yang berakhlak mulia.
        8.      Dunia betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Dari dahulu sampai sekarang, dunia selalu penuh dengan orang-orang baik dan orang-orang jahat. Jika dunia ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli-ahli hikmah seolah-olah dunia tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka itu selalu menggemakan penggilan akhlakul karimah, menyeru umat manusia memiliki pribadi yang baik lagi luhur.
Sebaliknya dunia inipun selalu berada dalam kerusuhan, pertentangan dan permusuhan sampai mengalirkan darah. Masalah ini hakikatnya tidak lepas dari karakter atau akhlak para pemimpin, di mana dia bertindak sebagai penggerak dan pelakunya. Tepat sekali apa yang dinyatakan Allah dalam al quran:
            “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Q.S. Ar. Rum: 41)

2.5.          Proses pembentukan akhlak
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. 
Akan tetapi, menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini cendrung kepada perbaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia dan dapat juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung pada kebenaran. Dengan pandangan seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa bentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). Kelompok ini lebih lanjut menduga bahwa akhlak adalah gambaran batin ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan batin.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
         1.      Insting (Naluri)
Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ -١٤-
Artinya : “Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak dan kekayaan yang melimpah. ” (Q.S Ali Imran : 14)
Segenap naluri insting manusia merupakan paket intern dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari lebih dahulu. Dengan potensi naluri tersebut manusia dapat menghasilkan aneka corak perilaku yang sesuai dengan corak instingnya.
        2.      Adat atau Kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Perbuatan yang telah menjadi adat kebiasaan tidak cukup hanya diulang-ulang saja tetapi harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya.
       3.      Wirotsah (Keturunan)
Secara istilah Wirotsah adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Wirotsah juga dapat dikatakan sebagai faktor pembawaan dari dalam yang berbentuk kecenderungan, bakat, akal dan lain-lain. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan dari sifat-sifat asasi orang tuanya. Terkadang anak mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya. Meskipun keturunan tidak berperan mutlak tetapi keturunan tersebut bisa menjadikan seseorang untuk berakhlak mazmumah (tidak terpuji) maupun mahmudiah (terpuji).
       4.      Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ -
Artinya : “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur ” (Q.S An Nahl : 78).
Dalam ayat diatas memberi petunjuk bahwa seorang manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui segala sesuatu oleh sebab itu manusia memiliki potensi untuk dididik. Potensi tersebut bisa dididik melalui pengalaman yang timbul dilingkungan sekitar anak. Jika lingkungan tempat tinggal ia tinggal bersikap baik maka anak pun akan cenderung bersikap baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka anak akan cenderung bersikap buruk.
Dan didalam hadits berbunyi yang artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi (H.R. Bukhari).”
Hadits tersebut menjelaskan bahwa lingkungan keluarga (dalam hal ini adalah kedua orang tua) adalah sebagai pelaksana utama dalam pendidikan akhlak anak. Ajaran Islam sudah memberi petunjuk yang lengkap kepada orang tua dalam membina akhlak anak. Jadi apabila orang tua ingin anaknya berakhlak mulia, maka sedari dini hendaklah anak-anaknya ditanami dengan nilai-nilai Islam. Sebagai orang tua yang berpengaruh terhadap pembentukan dan kepribadian anak, seharusnyalah orang tua memperhatikan pada pergaulan anak dilingkungan sekolah maupun di masyarakat. Karena lingkungan sangat berpengaruh pada proses pembentukan akhlak seseorang. Melalui kerja sama yang baik antara orang tua, guru disekolah dan tokoh-tokoh masyarakat, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan psikomotorik (pengalaman) yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
        5.      Al-Qiyam
Al-Qiyam adalah nilai-nilai Islam yang telah dipelajari selama seseorang hidup. Aspek ini sangat mempengaruhi terbentuknya akhlak mulia dalam diri seseorang. Pedoman akhlak mulia atau akhlak Islami adalah Al-Quran dan Hadits. Melalui pemahaman tentang nilai-nilai ke Islaman yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, seseorang bisa mengamalkan nilai-nilai tersebut. Sehingga tanpa disadari nilai-nilai tersebut menyatu dalam kepribadiannya dan terbentuklah akhlak mulia.

2.6.          Kelebihan manusia dengan makhluk lainnya
Menurut ajaran Agama Islam, manusia dibandingkan dengan makhluk lain mempunyai berbagai macam ciri utamanya, diantaranya adalah :
  1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna. Firman Allah SWT. : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin ayat 4).
  2. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah SWT. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam gaib itu ditanyai oleh Allah, sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-A’raf ayat 172 : “Apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) ‘ya’, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”.
  3. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana yang tertera di dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 : “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
  4. Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah ayatn 30, bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi ini.
  5. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menjadi kafir. Karena itu di dalam Al-Qur’an ditegaskan oleh Allah SWT. : “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barang siapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir”. (QS. Al-Kahf ayat 29).
  6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS. Ath-Thur ayat 21 : “Setiap orang terikat (bertanggung jawab) atas apa yang dilakukannya”.
  7. Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lain. Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan oleh Allah SWT. kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting, ia menjadi komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan ini dapat di lihat dalam As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang mengatakan bahwa beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.
            Di dalam Al-Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang asal usul dan kejadian manusia, antara lain :
1. Firman Allah SWT. :
                        Sesungguhnya Aku menjadikan manusia dari tanah liat”. (QS. As-Shaffat ayat 11).
2. Firman Allah SWT. :
                        “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia (Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam”. (QS. Al-Hijr ayat 28).

3. Firman Allah SWT. :
                 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari (sari pati) tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-banar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”. (QS. Al-Mu’minuun ayat 12 s/d 16).

2.7.          Fungsi manusia dalam islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.                                                                               Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :
         1.      Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
           2.      Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan.
       3.      Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
·         Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
·         Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf : 172
               ·         “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
·         Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.
2.8.            Tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah                                                   Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.                                              Kebahagian manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho allah. Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT. Sungguh ak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan kalau kita mau menghitung-hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya. Secara moral manusiawi manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar besarnya ada 2 :
·         mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun.
·         beribadat kepada-Nya
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran kewajiban ini diformulasikan dengan
·         iman.
·         amal saleh
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S al-baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian :
       1.      iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan kepada nabi-nabi.
        2.      amal saleh :
ü  Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
ü  Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat
ü  Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan, penderitaan dan peperangan.
BAB III
PENUTUP
      3.1. Kesimpulan
Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam hidup kita, yang dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik atau buruk. Dan akhlak hanya bisa dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah satu dari keduanya akan mengukung manusia.                                                                     Akhlak memiliki posisi yang sangat penting, karena sebagai mahluk social pasti membutuhkan banyak komunikasi, dan komunikasi yang baik hanya akan terjalin dengan menggunakan akhlak yang baik.                                                    Ajaran Islam menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar akhlak, dan menjadikan kedua sumber tersebut sebagai ukuran baik dan buruknya sebuah akhlak. Serta Islam tidak menapikan akal dan nurani sebagai alat untuk menentukan nilai baik dan buruk.                                                                                    Selain itu akhlak dalam islam terletak pada Moral Force yang merupakan Internal Power yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa, dan tata karya yang kongkret.                                                      Ruang lingkup akhlak islam itu sendiri meliputi beberapaasfek yang sangat berkaitan dalam kehidupan, seperti akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam berkeluarga, akhlak dalam masyarakat, akhlak dalam bernegara, dan akhlak terhadap agama.                                                                                                          Semua aktivitas yang kita lakukan tidak akan pernah lepas dari semua poin-poin diatas, karena kita sebagai manusia tidak akan pernah lepas dari ruang lingkup tersebut.                                                                                                         Jika kita lihat dari realitas yang ada, kita bisa menarik benang merah dari setiap civitas manusia, yang berkenaan dengan fakto yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia yang selalu terekspresikan, seperti insting (naluri) yang meliputi: naluri berjodoh, naluri keibuan, naluri makan, naluri berjuang, naluri bertuhan.
Selain itu yang menjadi factor yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia adalah adat atu kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, wirosat (keturunan), dan milieu dalam artian sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara.                                                                                             Secara global milie terbia kepada dua macam, yaitu: pertama, lingkungan alam yang merupakan factor yang mempengaruhi dan menuntukan tingkah laku seseorang. Kedua, yaitu lingkungan pergaulan dalam artian hubungan dengan manusia yang lainnya yangdapat mempengaruhi akhlak seseorang terutama dalam fikiran, sifat dan tingkah laku.
3.2.            Saran                                                                                                              Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR RUJUKAN
DR. Marjuki, 2009, Akhlak Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam), Debut Wahana Press: Yogyakarta.
Misbah, Mujtaba, 2008, Daur Ulang Jiwa, Al-Huda: Jakarta.
Lahiji, Syehk ZA Qurbani, 2011, Risakah Sang Imam (Ajaran Etika Ali Bin Abi Thalib), Al-Huda: Jakarta.
Al Ghazali, 1995, Ringkasan Ihya’ulumuddinAmani: Jakarta.
Yazdi Misbah, 2006, meniru TuhanAl Huda, Jakarta.
Pur Majid Rasyid, 2003, membenahi Akhlak mewariskan kasih sayang,cahaya, Bogor.
Muthahhari Murtadha, 2004, filsafat Moral Islam, Al Huda, Jakarta.
Zahrudin dan Sinaga Hassanudin, 2004, pengantar studi filsafat, 2004, raja grafindo persada, Jakarta. Nurasmawi. 2011.
Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau Anwar, Khairul. 2014.
Pengantar Studi Islam : Rajawali Pers http//www,urgensiakhlakdalamkehidupan.com http//akhlakdalamislam.com
Rajab, Khairunnas. 2012. Agama Kebahagian.Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Ritonga, Rahman. 2005.Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia : Amelia Surabaya http//www.perbedaanakhlakdanmoral.com http//www.pengertianetika.com
Nurasmawi, Buku Ajar Akidah Akhlak. hal. 48.
Anwar Khairul. Pengantar Studi Islam. hal. 216-219
Khairunnas Rajab. Agama Kebahagiaan.hlm 137

Posting Komentar untuk "Contoh Penulisan Makalah Orientasi Akhlak Agama Islam"