Contoh Penulisan Makalah Orientasi Akhlak Agama Islam
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Akhlak bisa dibentuk melalui
kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan
dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan
ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah
benar-benar memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil
perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu
membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup
keseharian.Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam
Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan
seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang
sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, yakni
pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang
dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian
yang bagus dan akhlak yang mulia. Tidak ada satu orang hebatpun di dunia ini
yang tidak memiliki akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar apapun kita kalau
akhlak dan kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan
tidak dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan
dimanapun kita berada. Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan
terhadap orang tunya, ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat
kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan.
Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada
orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering
dilakukan oleh remaja dan anak zaman sekarang.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari akhlak?
2. dasar-dasar
akhlak?
3. tujuan akhlak?
4. Bagaimana
hikmah mempelajari akhlak?
5. Bagaimana
proses pembentukan akhlak?
6. Apa
kelebihan manusia dan makhluk lainnya?
7. Apakah
fungsi tanggung jawab manusia dalam islam?
1.3.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian akhlak.
2. Untuk
mengetahui dasar-dasar akhlak.
3. Untuk
mengetahui hikmah mempelajari akhlak.
4. Untuk mengetahu proses pembentukan akhlak.
5. Untuk mengetahui
kelebihan manusia dan makhluk lainnya.
6. Untuk
mengetahui fungsi tanggung jawab manusia dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jama’ dari dari kata khuluq,artinya tingkah
laku, perangai, dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa di pikir dan
direnungkan lagi.
Menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan.
Para Ulama
Ilmu Akhlaq merumuskan definisinya dengan berbeda-beda tinjauan yang di
kemukakannya, antara lain: a.
Al-Qurtuby mengatakan :
Suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab-kesopanannya disebut akhlaq,
karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.
b.
Muhammad bin ‘illan Al-Sadiqy mengatakan:
Akhlaq adalah suatu pembawaan pada diri manusia, yang dapat menimbulkan
perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain).
c.
Ibnu Maskawih mengatakan:
Akhlaq adalah keadaan
jiwa yang selalu mendorong manusia berbuat, tanpa memikirkan (lebih lama).
2.2. Dasar-dasar
Ilmu Akhlak
Adapun dasar-dasar Ilmu Akhlak
adalah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai dasar (rujukan)
Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena keontetikannya yang lebih
tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain. Mengingat al-Qur’an
merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan sebagai
dasar atau asas. Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya
saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Qur’an
yang membutuhkan penafsiran.
2. Al-Hadits
Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada
hadits yang dikeluarkan oleh Nabi karena seorang sahabat bertanya kepadanya,
karena Nabi menegur seorang sahabat, karena peringatan dan penjelasan Nabi
terhadap al-Qur’an. Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya
oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah menjawab akhlak Nabi adalah
al-Qur’an. Dengan demikian, Nabi merupakan interpretasi yang hidup terhadap
al-Qur’an. Karena segala ucapan (Qauliyah), perbuatan (Fi’liyah),
dan penetapan (Taqririyah) merupakan sebuah wahyu dari
Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi senantiasa terjaga.
3.
Akal (al-aqlu) Salah
satu angerah Tuhan kepada manusia yang menjadi esensi dari dirinya adalah akal.
Dengannya manusia dapat berfikir secara rasional, membedakan antara yang hak
dengan yang bathil. orang yang tidak menggunakan potensinya dengan baik, maka
derajatnya lebih rendah dibandingkan dengan binatang.
2.3.
Tujuan dan Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlaq
1. Ilmu akhlak
akan meningkatkan derajat kehidupan manusia
Orang yang beriman dan berilmu
(termasuk di dalamnya adalah ilmu akhlak), akan lebih utama dari pada orang
yang tidak beriman dan berilmu. Sebab dengan pengetahuan ilmu akhlak, seseorang
akan lebih sadar mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Firman Allah swt dalam Al-Qur'an :
يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ
وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ
خَبِيرٞ
Artinya : Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. AL-Mujadalah : 11)
2 .
menuntun kepada kebaikan
Ilmu akhlak merupakan pendorong dan
pemicu yang dapat mempengaruhi diri seseorang untuk membentuk hati yang suci
baik lahir dan batin yang akan berguna bagi sesama manusia ataupun makhluk yang
lain.
Dengan ilmu akhlak manusia akan ditunjukkan dan
diajarkan cara-cara membentuk pribadi yang mulia, menuntun kepada akhlak yang
baik dan terpuji sebagaimana firman Allah swt dalam Al-Qur'an al-karim yang berbunyi :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ
عَظِيمٖ
Artinya : Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung.(QS.Al-Qalam:4)
3. Tujuan
mempelajarai ilmu akhlak akan menyempurnakan iman Akhlak mulia adalah merupakan
manifestasi dari kesempurnaan iman seseorang. Sebagaimana dalil hadits Nabi
Muhammad saw. yang artinya :
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. (HR. Turmidzi)
"Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya. (HR. Turmidzi)
4.
Memperoleh keutamaan di hari kemudian.
Manfaat dan tujuan yang lain dari mempelajari ilmu akhlak adalah akan mendapatkan akhlak mulia. Dengan mendapatkan akhlak yang mulia, maka akan memperoleh derajat yang terhormat di hari kiamat nanti.. Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw. :
Manfaat dan tujuan yang lain dari mempelajari ilmu akhlak adalah akan mendapatkan akhlak mulia. Dengan mendapatkan akhlak yang mulia, maka akan memperoleh derajat yang terhormat di hari kiamat nanti.. Sebagaimana sabda Rasulullah Nabi Muhammad saw. :
ما من شيءٍ
أثقلُ في ميزان العبد المؤمن يوم القيامة من حُسن الخلق. وإن الله يبغض الفاحش
البذي
Artinya : Tiada sesuatu yang lebih
berat timbangan seseorang mukmin di hari kiamat daripada akhlak yang baik. Dan
Allah sangat benci kepada orang yang kotor (keji) mulutnya dan kelakuannya (HR.
Turmidzi)
5.
Membina
kerukunan hidup bertetangga
Sabda nabi Muhammad saw . :
Sabda nabi Muhammad saw . :
لا يدخل الجنة من لا يأمن جاره بوائقه
Artinya : Tidak akan masuk surga, orang yang membuat tetangganya tidak tentram karena kejahatannya. (HR. Nukhari-Muslim)
Artinya : Tidak akan masuk surga, orang yang membuat tetangganya tidak tentram karena kejahatannya. (HR. Nukhari-Muslim)
6.
Membina pergaulan umum
Tujuan dan
manfaat ilmu akhlak adalah untuk membina pergaulan umum. Akhlak menempati
posisi dan peranan yang penting dalam kehidupan dan tata pergaulan umum. Salah
satu contoh dapat dikemukakan : setiap orang yang dapat diterima sebagai
karyawan atau pekerja baik dalam perusahaan swasta ataupun pemerintah adalah
mereka yang dapat menunjukkan surat keterangan yang menyatakan bahwa mereka
berkelakuan baik atau dalam istilah sekarang adalah SKCK (Surat keterangan
cakap kelakuan).
Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan dari pergaulan umum. Dan dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang baik,mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.
Pada orang yang berakhlak rendah akan selalu dijauhkan dari pergaulan umum. Dan dimanapun ia berada akan banyak orang yang tidak menyukainya.
Sebaliknya, apabila seseorang berakhlak yang baik,mulai dan luhur maka dimanapun ia berada akan banyak orang yang menyukainya sehingga ia mudah untuk berhubungan dengan siapapun. Dan biasanya orang dengan sikap seperti ini akan mudah memperoleh rizki serta mudah dalam keberhasilan berusaha.
7. Mensukseskan
pembangunan negara
Tujuan dan
manfaat selanjutnya mempelajari ahklak adalah dapat mensukseskan pemabngunan negara.
Akhlak merupakan salah satu faktor yang wajib ada atau mutlak dalam pembanguan bangsa dan karakter bangsa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya pembangunan akan lebih baik apabila pemimpin dan warganya berakhlak mulia sehingga pembangunan negara akan sukses dan tercapai dengan baik.
Sebaliknya, apabila akhlak para pemimpin dan warganya rusak (misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, keadilan tidak merata, dll), maka niscaya pembangunan di suatu yang diharapkan sukses dan berhasil baik tidak akan tercapai. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syauqi Bey, dalam gubahan syairnya :
Akhlak merupakan salah satu faktor yang wajib ada atau mutlak dalam pembanguan bangsa dan karakter bangsa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya pembangunan akan lebih baik apabila pemimpin dan warganya berakhlak mulia sehingga pembangunan negara akan sukses dan tercapai dengan baik.
Sebaliknya, apabila akhlak para pemimpin dan warganya rusak (misalnya korupsi, kolusi, nepotisme, keadilan tidak merata, dll), maka niscaya pembangunan di suatu yang diharapkan sukses dan berhasil baik tidak akan tercapai. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Syauqi Bey, dalam gubahan syairnya :
وإنما الأمم الأخلاق ما بقيت فإن همُ ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Artinya :
suatu bangsa dikenal (jaya) karena akhlaknya. Bila akhlaknya rusak, maka
rusaklah bangsa itu."
Dapat dikatakan bahwa kejayaan atau kehancuran suatu bangsa terletak pada akhlaknya. Apabila suatu bangsa berakhlak mulia, maka tersohorlah bangsa itu. Namun apabila bangsa itu rusak akhlaknya maka rendahlah (hancurlah) nama suatubangsa.
Dapat dikatakan bahwa kejayaan atau kehancuran suatu bangsa terletak pada akhlaknya. Apabila suatu bangsa berakhlak mulia, maka tersohorlah bangsa itu. Namun apabila bangsa itu rusak akhlaknya maka rendahlah (hancurlah) nama suatubangsa.
8. Menciptakan keakraban
hidup antar bangsa dan negara
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan manfaatnya adalah
dapat
menciptakan keakraban hidup antar bangsa dan negara di dunia.Apabila para
pemimpin dunia berakhlak baik, mulia dan bijaksana, niscaya masyarakat dunia
akan merasakan kebahagiaan dan perdamaian. Namun sebaliknya, apabila pemimpin
dunia itu rusak akhlaknya, maka akan besar sekali kemungkinannya dimana-mana
akan terjadi peperangan yang tentunya akan membawa banyak korban baik harta
maupun jiwa.
Apabila akhlak mulia ini tidak dimiliki oleh para pemimpin dunia dan juga warga masyarakat dunia seluruhnya maka akan membawa kehancuran dunia baik di darat. laut maupun udara. Hal yang demikian ini adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab akibat pengaruh dari hawa nafsu jahat yang tidak terkendalikan.
Sebagaimana dijelaskan dan diterangkan dalam Kitabullah Al-Qur'an yang berbunyi :
Apabila akhlak mulia ini tidak dimiliki oleh para pemimpin dunia dan juga warga masyarakat dunia seluruhnya maka akan membawa kehancuran dunia baik di darat. laut maupun udara. Hal yang demikian ini adalah akibat dari perbuatan-perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab akibat pengaruh dari hawa nafsu jahat yang tidak terkendalikan.
Sebagaimana dijelaskan dan diterangkan dalam Kitabullah Al-Qur'an yang berbunyi :
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا
كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ
يَرۡجِعُونَ '
Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)
Dengan demikian jelaslah bahwa kehidupan di dunia ini tidak dapat dilepaskan dari akhlak para pemimpinnya. Apabila dunia ini dipimpin oleh orang yang berakhlak mulia, maka roda perjalanan kehidupan dunia ini akan aman, sejahtera dan sentosa.
2.4.
Hikmah
mempelajari akhlak
Akhlak juga merupakan mutiara hidup
yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi
peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan
berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya
yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul
Qulub” menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap
dengan elemen akal dansyahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya
mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya
bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di
atas malaikat.
Menurut Mustafa Zahri: untuk
membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
menjadi suci bersih seperti cermin yang dapat menerima Nur Tuhan. Jika tujuan
ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang
yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji
ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan
batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan juga di akhirat.
Orang yang berakhlak karena ketakwaan kepada Tuhan
semata-mata, maka dapat menghasilkan kebahagiaan, antara lain:
·
Mendapat tempat yang baik di dalam masyarakat.
·
Akan disenangi orang dalam pergaulan.
· Akan dapat terpelihara dari hukuman yang sifatnya
manusiawi dan sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.
·
Orang yang bertakwa dan berakhlak mendapat pertolongan
dan kemudahan delam memperoleh keluhuran, kecukupan, dan sebutan yang baik.
·
Jasa manusia yang berakhlak mendapat perlindungan dari
segala penderitaan dan kesukaran.
Orang yang berakhlak dapat
memperoleh irsyad, taufiq, dan
hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan di akhirat.
Menurut Drs. Barmawi Umari
disebutkan bahwa:
1.
Ilmu akhlak, dapat
mengetahui batas antara yang baik dengan yang buruk dan dapat menempatkan sesuatu
pada tempatnya, yaitu menempatkan sesuatu pada proporsi yang sebenarnya.
2.
Berakhlak, dapat
memperoleh irsyad, taufiq dan hidayah yang dengan demikian maka Isya Allah kita
akan berbahagia di dunia dan di akhirat.
Dr. Hamzah Ya’cub menyatakan bahwa
manfaat dari akhlak, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan
derajat manusia
Tujuan ilmu pengetahuan ialah
meningkatkan kemajuan manusia di bidang rohaniah atau bidang mental spiritual.
Antara orang yang berilmu pengetahuan tidaklah sama derajatnya dengan orang
yang tidak berilmu pengetahuan. Hal ini diterangkan dalam al quran: (Q.S.
Az-Zumar: 9)
“Katakanlah
(hai Muhammad): “Adakah sama orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan
orang-orang yang tidak mberilmu pengetahuan?” Sesungguhnya orang-orang yang
berusahalah yang dapat menerima pelajaran.”
2. Menuntun
kepada kebaikan
Ilmu akhlak bukan sekedar
memberitahukan mana yang baik dan mana yang buruk, melainkan juga mempengaruhi
dan mendorong kita supaya membentuk hidup yang suci dengan memproduksi kebaikan
dan kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Sebagai contoh Rasulullah
SAW. Justru karena beliau mengetahui akhlak, maka jadilah beliau sebagai
manusia yang paling mulia akhlaknya, sebagaimana dinyatakan dalam al quran:
(Q.S. Al-Qalam: 4)
“Dan Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dengan keterangan tersebut jelaslah
bahwa pengetahuan akhlak, adalah ilmu yang mengandung kepada kebaikan, serta
memberikan tuntutan kepadanya.
3. Menifestasi
kesempurnaan iman
Iman yang sempurna akan melahirkan
kesempurnaan akhlak. Dengan perkataan lain bahwa keindahan akhlak adalah
manifestasi daripada kesempurnaan iman. Sebaiknya tidaklah dipandang orang itu
beriman dengan sungguh-sungguh jika akhlaknya buruk.
Dalam hubungan ini, Abu Hurairah
meriwayatkan penegasan Rasulullah SAW.
“orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan
sebaik-baik di antara kamu ialah yang terbaik kepada istrinya.”(H.R.
At-Tirmizi)
4. Keutamaan
dari hari kiamat
Disebutkan dalam berbagai hadis bahwa Rasulullah SAW
menerangkan orang-orang yang berakhlak luhur akan menempati kedudukan yang
terhormat dari hari kiamat.
“Tiada
sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin dari hari kiamat
daripada keindahan akhlak. Dan Allah benci kepada orang yang keji mulut dan
kelukan.” (H.R. At-Tirmizi)
5. Kebutuhan
pokok dalam keluarga
Akhlak merupakan faktor mutlak dalam menegakkan
keluarga sejahtera. Keluarga yang tidak dibina dengan akhlak yang baik, tidak
dapat berbahagia, sekalipun kekayaan materinya melimpah ruah. Akhlak yang luhur
itulah yang mengharmoniskan rumah tangga, menjalin cinta dan kasih sayang semua
pihak.
Tegasnya akan meranalah rumah tangga
yang tiada dihiasi dengan akhlakul karimah dan bahagialah rumah tangga yang
dirangkum dengan keindahan akhlak.
6. Membina
kerukunan antar tetangga
Pentingnya akhlakul karimah di sini cukup jelas,
karena betapa banyaknya lingkungan yang gaduh karena tidak mengindahkan kode
etika. Islam mengajarkan agar mengajarkan agar antara tetangga dibangun
jembatan emas berupa silaturahmi.
7. Untuk
mensukseskan pembangunan bangsa dan negara.
Akhlak adalah faktor mutlak dalam
nation dan character building. Suatu bangsa dan negara akan jaya, apabila warga
negaranya terdiri dari orang-orang/masyarakat yang berakhlak mulia.
8. Dunia
betul-betul membutuhkan akhlakul karimah
Dari dahulu sampai sekarang, dunia
selalu penuh dengan orang-orang baik dan orang-orang jahat. Jika dunia
ditangani para Nabi dan Rasul serta ahli-ahli hikmah seolah-olah dunia
tersenyum gembira, dunia damai dan tenang. Karena mereka itu selalu menggemakan
penggilan akhlakul karimah, menyeru umat manusia memiliki pribadi yang baik
lagi luhur.
Sebaliknya dunia inipun selalu
berada dalam kerusuhan, pertentangan dan permusuhan sampai mengalirkan darah.
Masalah ini hakikatnya tidak lepas dari karakter atau akhlak para pemimpin, di
mana dia bertindak sebagai penggerak dan pelakunya. Tepat sekali apa yang
dinyatakan Allah dalam al quran:
“Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(Q.S. Ar.
Rum: 41)
2.5.
Proses
pembentukan akhlak
Pembentukan
akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha
pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan terjadi
dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk di
dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani, dan
intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
Akan
tetapi, menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk karena akhlak
adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Bagi golongan ini
cendrung kepada perbaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia dan dapat
juga berupa kata hati atau intuisi yang selalu cendrung pada kebenaran. Dengan
pandangan seperti ini maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa
bentuk atau diusahakan (ghair muktasabah). Kelompok ini lebih lanjut menduga
bahwa akhlak adalah gambaran batin ini tidak akan sanggup mengubah perbuatan
batin.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
1. Insting (Naluri)
Insting
merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para psikolog
menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong
lahirnya tingkah laku.
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاء وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ
الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللّهُ عِندَهُ
حُسْنُ الْمَآبِ -١٤-
Artinya :
“Manusia itu diberi hasrat atau keinginan, misalnya kepada wanita, anak-anak
dan kekayaan yang melimpah. ” (Q.S Ali Imran : 14)
Segenap
naluri insting manusia merupakan paket intern dengan kehidupan
manusia yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajari lebih dahulu.
Dengan potensi naluri tersebut manusia dapat menghasilkan aneka corak perilaku
yang sesuai dengan corak instingnya.
2. Adat atau Kebiasaan
Adat atau
kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Perbuatan
yang telah menjadi adat kebiasaan tidak cukup hanya diulang-ulang saja tetapi
harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya.
3. Wirotsah (Keturunan)
Secara istilah Wirotsah adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok
(orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Wirotsah juga dapat dikatakan
sebagai faktor pembawaan dari dalam yang berbentuk kecenderungan, bakat, akal
dan lain-lain. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan dari sifat-sifat asasi
orang tuanya. Terkadang anak mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat
orang tuanya. Meskipun keturunan tidak berperan mutlak tetapi keturunan
tersebut bisa menjadikan seseorang untuk berakhlak mazmumah (tidak terpuji)
maupun mahmudiah (terpuji).
4. Lingkungan
Lingkungan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan akhlak seseorang, baik itu lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ
تَعْلَمُونَ شَيْئاً وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ -
Artinya : “
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur
” (Q.S An Nahl : 78).
Dalam ayat
diatas memberi petunjuk bahwa seorang manusia dilahirkan dalam keadaan tidak
mengetahui segala sesuatu oleh sebab itu manusia memiliki potensi untuk
dididik. Potensi tersebut bisa dididik melalui pengalaman yang timbul
dilingkungan sekitar anak. Jika lingkungan tempat tinggal ia tinggal bersikap
baik maka anak pun akan cenderung bersikap baik. Sebaliknya jika lingkungannya
buruk maka anak akan cenderung bersikap buruk.
Dan didalam
hadits berbunyi yang artinya : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka kedua orang tuanyalah yang membentuk anak itu menjadi yahudi, nasrani atau
majusi (H.R. Bukhari).”
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa lingkungan keluarga (dalam hal ini adalah kedua
orang tua) adalah sebagai pelaksana utama dalam pendidikan akhlak anak. Ajaran
Islam sudah memberi petunjuk yang lengkap kepada orang tua dalam membina akhlak
anak. Jadi apabila orang tua ingin anaknya berakhlak mulia, maka sedari dini
hendaklah anak-anaknya ditanami dengan nilai-nilai Islam. Sebagai orang tua
yang berpengaruh terhadap pembentukan dan kepribadian anak, seharusnyalah orang
tua memperhatikan pada pergaulan anak dilingkungan sekolah maupun di masyarakat.
Karena lingkungan sangat berpengaruh pada proses pembentukan akhlak seseorang.
Melalui kerja sama yang baik antara orang tua, guru disekolah dan tokoh-tokoh
masyarakat, maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan
psikomotorik (pengalaman) yang diajarkan akan terbentuk pada diri anak.
5. Al-Qiyam
Al-Qiyam
adalah nilai-nilai Islam yang telah dipelajari selama seseorang hidup. Aspek
ini sangat mempengaruhi terbentuknya akhlak mulia dalam diri seseorang. Pedoman
akhlak mulia atau akhlak Islami adalah Al-Quran dan Hadits. Melalui pemahaman
tentang nilai-nilai ke Islaman yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits,
seseorang bisa mengamalkan nilai-nilai tersebut. Sehingga tanpa disadari
nilai-nilai tersebut menyatu dalam kepribadiannya dan terbentuklah akhlak
mulia.
2.6.
Kelebihan
manusia dengan makhluk lainnya
Menurut ajaran Agama Islam, manusia
dibandingkan dengan makhluk lain mempunyai berbagai macam ciri utamanya,
diantaranya adalah :
- Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Allah SWT. yang paling sempurna. Firman Allah SWT. : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS. At-Tiin ayat 4).
- Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan) beriman kepada Allah SWT. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam gaib itu ditanyai oleh Allah, sebagaimana yang tertera dalam QS. Al-A’raf ayat 172 : “Apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) ‘ya’, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”.
- Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk mengabdi kepada-Nya, sebagaimana yang tertera di dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 : “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
- Manusia diciptakan oleh Allah SWT. untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal ini dinyatakan Allah dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah ayatn 30, bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi ini.
- Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi muslim. Tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya, tidak tunduk dan tidak patuh kepada kehendak Allah, bahkan mengingkari-Nya, menjadi kafir. Karena itu di dalam Al-Qur’an ditegaskan oleh Allah SWT. : “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barang siapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir”. (QS. Al-Kahf ayat 29).
- Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Hal ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam QS. Ath-Thur ayat 21 : “Setiap orang terikat (bertanggung jawab) atas apa yang dilakukannya”.
- Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan makhluk lain. Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan oleh Allah SWT. kemampuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting, ia menjadi komponen ketiga dalam Islam. Kedudukan ini dapat di lihat dalam As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang mengatakan bahwa beliau diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia.
Di dalam Al-Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang menerangkan tentang asal usul
dan kejadian manusia, antara lain :
1. Firman Allah SWT. :
“Sesungguhnya Aku
menjadikan manusia dari tanah liat”. (QS. As-Shaffat ayat 11).
2. Firman Allah SWT. :
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Malaikat; sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia
(Adam) dari tanah kering dan lumpur hitam”. (QS. Al-Hijr ayat 28).
3. Firman Allah SWT. :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari (sari pati) tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk
lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-banar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu
sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat”. (QS.
Al-Mu’minuun ayat 12 s/d 16).
2.7.
Fungsi
manusia dalam islam
Berpedoman kepada QS Al Baqoroh
30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan
sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran
Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut
memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan
Allah, diantaranya adalah :
1. Belajar
(surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2. Mengajarkan
ilmu (al Baqoroh : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah maka wajib
untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu Allah adalah
Al Quran dan juga Al Bayan.
3. Membudayakan
ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk
disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
·
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang
diberikan Allah kepada manusia.
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
·
Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini,
manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian
dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai
fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia
sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf
: 172
·
“Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan
Kami),kami menjadi saksi”.(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
·
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah
untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia
dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah
suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah
di sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan
syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat manusia. Dan
manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena
kholifah adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.
2.8.
Tanggung jawab manusia sebagai Hamba Allah Kewajiban
manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban manusia
dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini
menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan
makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu
mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan
adalah ketergantungan kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang maha
bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha
Esa. Kebahagian manusia di dunia dan akhirat,
tergantung kepada izin dan ridho allah. Dan untuk itu Allah memberikan
ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya. Maka untuk mencapainya kebahagian
dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus mengikuti
ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah SWT.
Sungguh ak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan
kalau kita mau menghitung-hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat
menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya. Secara moral manusiawi
manusia mempunyai kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah memberi
kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu
uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar besarnya ada 2 :
·
mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada
sesuatu pun.
·
beribadat kepada-Nya
Orang yang demikian ini mempunyai
hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan diberi pahala dengan pahala
yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat
bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran
kewajiban ini diformulasikan dengan
·
iman.
·
amal saleh
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain
disebut takwa. Dalam ayat (Q.S al-baqorah ayat 177) iman dan amal saleh, yang
disebut takwa dengan perincian :
1. iman kepada
Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab, dan
kepada nabi-nabi.
2. amal saleh :
ü Kepada sesama
manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap harta itu, kepada
kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada musafir yang
membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
ü Kepada Allah
: menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat
ü Kepada diri
sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan,
penderitaan dan peperangan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Akhlak adalah segala sesuatu yang menyiratkan bahwa perlakuan apapun dalam
hidup kita, yang dilakukan secara berulang, serta dilakukan secara spontan
dengan tanpa memikirkannya, terlepas itu baik atau buruk. Dan akhlak hanya bisa
dinisbatkan kepada manusia, karena manusia memiliki dua aspek sekaligus yang
hanya salah satu dari keduanya dimiliki oleh malaikat dan hewan, maka salah
satu dari keduanya akan mengukung manusia. Akhlak
memiliki posisi yang sangat penting, karena sebagai mahluk social pasti
membutuhkan banyak komunikasi, dan komunikasi yang baik hanya akan terjalin
dengan menggunakan akhlak yang baik. Ajaran
Islam menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar akhlak, dan menjadikan
kedua sumber tersebut sebagai ukuran baik dan buruknya sebuah akhlak. Serta
Islam tidak menapikan akal dan nurani sebagai alat untuk menentukan nilai baik
dan buruk. Selain itu akhlak dalam islam
terletak pada Moral Force yang merupakan Internal Power yang
dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak dan
motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata karsa,
dan tata karya yang kongkret. Ruang
lingkup akhlak islam itu sendiri meliputi beberapaasfek yang sangat berkaitan
dalam kehidupan, seperti akhlak terhadap diri sendiri, akhlak dalam
berkeluarga, akhlak dalam masyarakat, akhlak dalam bernegara, dan akhlak
terhadap agama. Semua
aktivitas yang kita lakukan tidak akan pernah lepas dari semua poin-poin
diatas, karena kita sebagai manusia tidak akan pernah lepas dari ruang lingkup
tersebut. Jika
kita lihat dari realitas yang ada, kita bisa menarik benang merah dari setiap
civitas manusia, yang berkenaan dengan fakto yang mempengaruhi pembentukan
akhlak manusia yang selalu terekspresikan, seperti insting (naluri) yang
meliputi: naluri berjodoh, naluri keibuan, naluri makan, naluri berjuang,
naluri bertuhan.
Selain itu yang menjadi factor yang mempengaruhi pembentukan akhlak manusia
adalah adat atu kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang, wirosat (keturunan),
dan milieu dalam artian sesuatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah
dan udara. Secara
global milie terbia kepada dua macam, yaitu: pertama, lingkungan alam yang
merupakan factor yang mempengaruhi dan menuntukan tingkah laku seseorang.
Kedua, yaitu lingkungan pergaulan dalam artian hubungan dengan manusia yang
lainnya yangdapat mempengaruhi akhlak seseorang terutama dalam fikiran, sifat
dan tingkah laku.
3.2.
Saran Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran
islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad
S.A.W , setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR RUJUKAN
DR. Marjuki, 2009, Akhlak
Mulia (Pengantar Studi Konsep-Konsep Dasar Etika Dalam Islam), Debut
Wahana Press: Yogyakarta.
Misbah, Mujtaba, 2008, Daur
Ulang Jiwa, Al-Huda: Jakarta.
Lahiji, Syehk ZA Qurbani, 2011, Risakah
Sang Imam (Ajaran Etika Ali Bin Abi Thalib), Al-Huda: Jakarta.
Al Ghazali, 1995, Ringkasan
Ihya’ulumuddin, Amani: Jakarta.
Yazdi Misbah, 2006, meniru
Tuhan, Al Huda, Jakarta.
Pur Majid Rasyid, 2003, membenahi
Akhlak mewariskan kasih sayang,cahaya, Bogor.
Muthahhari Murtadha, 2004, filsafat
Moral Islam, Al Huda, Jakarta.
Zahrudin dan Sinaga Hassanudin, 2004, pengantar studi filsafat, 2004, raja grafindo
persada, Jakarta. Nurasmawi. 2011.
Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau Anwar, Khairul.
2014.
Pengantar Studi Islam : Rajawali Pers
http//www,urgensiakhlakdalamkehidupan.com http//akhlakdalamislam.com
Rajab, Khairunnas. 2012. Agama Kebahagian.Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Ritonga, Rahman. 2005.Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia : Amelia Surabaya
http//www.perbedaanakhlakdanmoral.com http//www.pengertianetika.com
Nurasmawi, Buku Ajar Akidah Akhlak. hal. 48.
Anwar Khairul. Pengantar Studi Islam. hal. 216-219
Khairunnas Rajab. Agama Kebahagiaan.hlm 137
Posting Komentar untuk "Contoh Penulisan Makalah Orientasi Akhlak Agama Islam"