Contoh Makalah Akhlak Dalam Agama Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setiap perbuatan manusia itu ada yang
baik dan ada yang buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak
digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Pernyataan tersebut dapat dijadikan indicator untuk menilai perbuatan itu baik
atau buruk sehingga dapat dilatar belakangi oleh sesuatu yang mutlak dan
relatif. Pernyataan-pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat
dijadikan rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau
buruk memiliki indicator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah
adalah Bagaimana ukuran menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Perbandingan Ukuran Baik Buruk dalam Akhlak dengan Aliran dalam Filsafat Etika?
2. Bagaimana
Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama:
Ø Akhlak
dalam bernegara?
Ø Akhlak
bertetangga?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui Perbandingan Ukuran Baik Buruk dalam Akhlak dengan Aliran dalam
Filsafat Etika?
2. Untuk
mengetahui Implementasi Akhlak dalam Kehidupan Bersama dalam lingkungan
bernegara dan bertetangga
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perbandingan
Ukuran Baik Buruk dalam Akhlak dengan Aliran dalam Filsafat Etika
Baik secara umum adalah sesuatu yang diinginkan, yang
diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Buruk adalah sesuatu yang dinilai
sebaliknya dari dari yang tidak baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh
manusia.
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka
penentuan dan karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui
fitrah manusia. Adapun aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan
ukuran baik dan buruk diantaranya:
1.
Baik
Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat (Sosialisme)
Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang
berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Didalam masyarakat kita jumpai adat
istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap
dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang
dianggap orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang buruk.
Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari mereka
menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan
bangsanya.
Pada masa sekarang, kirta dapat membenarkan adat istiadat
semacam itu dan bukan mengingkarinya, dan bila adat istiadat itu banyak
salahnya, maka tidak tepat dijadikan ukuran baik dan buruk bagi
perbuatan-perbuatan kita. Poedja Wijatna mengatakan bahwa adat istiadat pada
hakikatnya produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan relative. Keberadaan
paham adat istiadat ini menunjukkan eksistensi dan pesan moral dalam
masyarakat. Berpegang adat istiadat itu, meskipun tidak benar ada juga
faedahnya, sebab ada juga orangorang yang tidak mau melanggar adat istiadat
yang baik, dan banyak pula orang-orang yang tidak mau mengikutinya adat
istiadat dari lingkungannya.
2.
Baik
Buruk Menurut Aliran Hedoisme
Aliran Hedoisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua,
karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani. Menurut paham ini banyak yang
disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan
kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan
bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan adapula yang mendatangkan
kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus
dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Maka apabila
terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan
banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu itu baik apabila diri
seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
Epicurus
Berpendapat
bahwa kebahagiaan, kelezatan ialah tujuan manusia, tidak ada kekuatan dalam
hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Kelezatan
akal dan rohani itu lebih penting dari kelezatan badan. Epicurus pun
berpendapat bahwa sebaik-baik kelezatan yang dikehendaki ialah kelezatan
“ketentraman akal”.
Golongan Epicurus
Berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak diukur
dengan kelezatan dan kepedihan yang terbatas waktunya saja, tetapi wajib bagi
tiaptiap manusia melihat ke semua hidupnya.
Epicurus
menyebutkan 3 macam kelezatan :
Kelezatan yang wajar dan diperlukan contoh makanan, minuman
Kelezatan yang wajar tetapi belum diperlukan sekali. Missal
kelezatan makan yang enak lebih daripada yang biasa
Kelezatan yang tidak wajar dan tidak diperlukan. Missal
kemegahan harta benda.
Aliran
hedoisme dibagi 2 :
·
Egositic Hedoisme
Dinyatakan
bahwa ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena
dalam aliran ini mengharuskan kepada pengikutnya agar menyerahkan segala
perbuatan untuk menghasilkan kelezatan yang sebesarbesarnya.
·
Universalistic
Hedoisme
Menyatakan
bahwa aliran ini mengharuskan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan
yang sebesar-besarnya untuk sesame manusia dan bahkan pada sekalian makhluk
yang berperasaan.
3.
Baik
dan Buruk Menurut Paham Intuisisme (Humanisme)
Intuisi
adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatuberbagai baim dan
buruk dengan sekilas tanpa melihat buah / akibatnya. Aliran Intuitionesme
berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat
membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi
sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang buruk
adalah kekuatan naluri. Kekuatan Naluri atau batin ioni terkadang berbeda
refleksinya karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi dasarnya tetep
sama dan berakar pada tubuh manusia.
Kekuatan
batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil
dari keadaan dari luarnya. Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah
perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani /
kekuatan batin yang ada dalam durinya, dan sebaliknya perbuatan buruk adalah
perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk.
Penentuan
baik buruk perbuatan melalui kata hati yang dibimbing oleh ilham/intuisi ini
hanyalah dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlak dari kalangan Islam.
Falsafah akhlak mengatakan bahwa etika adalah tidak emosionalistik tetapi etika
adalah ilham-ilham intuisi, menurut kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio
akan tetapi kekuatan itu mengintruksikan pada manusia agar melakukan berbagai
kewajiban dalam hidupnya dan kekuatan itu terletak dalam diri dan batin
manusia. Paham Intution telah dikecam yang berkata akan adanya Insting didalam
manusia yang dapat memperdayakan antara baik dan buruk, sebagaimana panca indra
yang dapat memperbedakan antara macam-macam warna dan suara bahwa manusia itu
berselisih dalam memberi hukum kepada hal-hal yang sudah terang.
Dengan
mengikuti uraian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa penentuan baik buruk
yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk yang
berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk secara
universal atau berlaku bagi masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dipahami
karena manusia betapapun memiliki tempat tingga, kebangsaan, ras, agama dan
lainnya berbeda.
4.
Baik
Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Maksud
dan paham ini adalah untuk sesame manusia/semua makhluk yang memiliki perasaan.
Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan
kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang
cenderung akstrem dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistic
kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi
melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima. Dan kegunaan bisa
juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian
bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang
memberi manfaat pada yang lainnya.
Ada beberapa
kekurangan dalam peham ini yang bertentangan :
Paham yang memastikan untuk memberi hokum kepada perbuatan
akan kebaikan dan keburukannya.
Kebahagiaan umum tidak menjadi ukuran yang tetap lagi
terbatas, sehingga untuk memberi hokum sebuah perbuatan akan baik dan buruknya
menjadi tempat perselisihan yang banyak.
Paham yang menjadikan manusia bersikap dingin pandangannya
hanya ditujukan kepada buah-buah perbuatan apa yang ada kelezatan dan
kepedihan.
Perkataan yang menyatakan bahwa tujuan hidup itu hanya
mencapai kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merendahkan kehormatan manusia
dan tidak pantas kecuali bagi jenis binatang
5.
Baik
Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut
paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham
ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yang
lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan
pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tiranik. Perbuatan dan ketetapan
yang dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang yang bodoh
dan lemah selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya.
Dalam
masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan sudah
mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham utalisme tidak akan mendapat
tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.
6.
Baik
Buruk Menurut Paham Religiosme
Menurut
paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan,
sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat
memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut
Poedjawitna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula
keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan
buruk yang digunakannya.
Diketahui
bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-masing agama
menentukan baik buruk menurut ukurannya masing-masing. Agama Hindu, Budha,
yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masing-masing memiliki pandangan dan tolak
ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7.
Baik
Buruk Menurut Paham Evolusi (Evolution)
Mengikuti
paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami
evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya. Paham
ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan bernama “LAMARK”. Dia
berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama lainnya. Pendapat ini
bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia,
dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat /
diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.
Ada 2 faktor
pergantian :
Lingkungan → mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan
Warisan → bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan
pertengahan berpindah pada cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham
pertumbuhan dan kepeningkatan (Evolution).
Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) salah seorang ahli filsafat
Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu
tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi
sedikit berjalan kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Tampaknya bahwa
Spencer menjadikan ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai
dengan keadaan yang mengelilinginya.
Dalam sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809 – 1882 ) adalah
seorang ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia
memberikan penjelasan tentang pahamm ini dalam bukunya The Origin of species.
Dikatakan bahwa perkembangan ala mini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut
:
Ketentuan alam (selection ao nature)
Perjuangan hidup (straggle for life)
Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fit test)
Yang
dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa alam ini menyaring segala yang
maujud (ada). Berdasarkan ciri-ciri hukum alam yang terus berkembang ini dipergunakan
untuk menentukan baik dan buruk.
8.
Baik
Buruk Aliran Idealisme
Aliran
idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakantindakan yang
nyata. Menurut Immanual kant untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan
yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan dengan suatu hal yang akan
menyempurnakannya. Dijelaskan pokok-pokok pandangan Immanual Kant :
Wujud
yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian
Factor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah
kemauan yang melahirkan tindakan yang konkrit
Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal
yang menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban
Dalam
etika Immanual Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan :
Dasar etika Kant, ialah akal pikiran
Menurut Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat
sesuatu
Kant, mendasarkan “rasa kewajiban” untuk terwujudnya
perbuatan banyak hal-hal yang meminta perhatian etika
9.
Baik
Buruk Aliran Tradisonal
Tiap
umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap baik
untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh adat
kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya.
Harus
diakui, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran, hanya secara ilmiah kurang
memuaskan, karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah bermacam-macam
perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja, bahkan
perbedaan antar suku. Adapun sumber daripada adat kebiasaan antara lain :
Ø Perbuatan-perbuatan
yang dilakukan oleh nenek moyangnya
Ø Perbuatan/peristiwa
secara kebetulan, meskipun tidak berdasarkan kepada akal
Ø Anggapan
baik dari nenek moyangnya terhadap sesuatu perbuatan yang akhirnya diwariskan
secara turun temurun
Ø Perbuatan
orang-orang terdahulu
10.
Baik
Buruk Aliran Naturalisme
Yang
menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah
perbuatan yang sesuai dengan ftrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai
fitrah lahir maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu
dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan
nature setiap sesuatu akan dapat sampai kepada kesempurnaan. Karena akal
pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan
kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman
kepada akal.
11.
Baik
Buruk Aliran Theologis
Aliran
ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia,
adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan /
dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampakanya masih samara
karena didunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab suci
sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan
keluar dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan etika, theologies ini dengan
jelas kepada agama, missal etika theologies menurut Kristen, ertika theologies
menurut Yahudi dan Theologis menurut Islam.
B.
Implementasi
Akhlak dalam Kehidupan Bersama dalam lingkungan bernegara dan bertetangga
1.
Akhlak
dalam Bernegara
Akhlak
dalam bernegara perlu untuk disadari oleh kita agar dapat menjadi semakin
sensitive terhadap persoalan yang terjadi pada bangsa dan Negara kita. Bukan hanya hal ini didorong dengan
kekhawatiran akan bobroknya generasi kita, apabila tidak dibekali dengan
pengetahuan tentang akhlak yang cukup, untuk menjalani kehidupan ke depannya.
Berikut merupakan akhlak dalam bernegara.
1. Musyawarah
Musyawarah
berasal dari kata Syura yang bermakna
mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu
pendapat dengan pendapat yang lain. Adapun salah satu ayat dalam Alquran yang
membahas mengenai musyawarah adalah surah Asy-Syura ayat 38, yang artinya :
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka memaafkan
sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka” (Q.S. Asy-Syura)
2. Melayani
Rakyat dan Berdekatan Dengan Rakyat
Seorang
pemimpin mestinya selalu mendudukan diri sebagai pelayan rakyat. Sebab, jabatan
pemimpin bukanlah posisi elit yang meniscayakan perbedaan jarak antara dirinya
dengan rakyat. Justru hakikat pemimpin adalah pelayan rakyat. Sebagai pelayan,
ia mesti bergaul dan berdekatan dengan rakyat. Tak semestinya ia hanya berdiam
di istana dan menyimak laporan dari aparaturnya. Hal itu jelas bukan potret
pemimpin sejati. Dengan terjun langsung ke lapangan, seorang pemimpin tidak
hanya mengetahui kondisi rakyatnya,tetapi juga dapat membuat kebijakan baru
yang memihak kepada mereka.
3. Mewujudkan
Kesejahteraan Rakyat
Rasulullah Saw.
melaknat pemimpin yang dipercaya untuk mengurus umat, tetapi malah menipu dan
menyengsarakan mereka. Dalam banyak dalil dituturkan bahwa penguasa
berkewajiban memelihara kemaslahatan rakyatnya. Ibnu Umar menuturkan bahwa
Rasulullah pernah bersabda, “ Seorang pemimpin adalah pemelihara atas rakyatnya
dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas (pemeliharaan kemaslahatan)
mereka” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
4. Berlaku
Adil Kepada Rakyat
Islam
menempatkan pemimpin yang adil dan amanaha pada derajat yang tinggi. Ia
dijanjikan akan memperoleh berbagai penghargaan dan penghormatan. Diantaranya,
ia termasuk kelompok pertama dari tujuh kelompok utama yang akan mendapat
naungan Allah Swt.pada hari kiamat kelak. (H.R. Al-Bukhari). Rasulullah Saw.
Adalah pemimpin teladan yang ideal bagi kita. Dalam kepemimpinannya, beliau
senantiasa berpegang teguh pada keadilan. Menjelang detik-detik wafatnya,
beliau bersabda, “Sungguh, aku akan menghadap Allah Swt. Aku tidak ingin ada
seorang pun yang menuntut haknya kepadaku karena diperlakukan zalim. Sekarang,
mumpung aku masih hidup, aku siap untuk memenuhi semua itu. karenanya, siapa
saja yang hartanya pernah kuambil dengan cara zalim sekarang ambillah hartaku.
Siapa saja yang pernah aku pukul tubuhnya dengan cara zalim, sekarang balaslah
aku”.
5. Mengangkat
Pemimpin Yang Amanah
Rasulullah Saw.
Bersabda, “Ada 3 kelompok orang yang tidak dipandang oleh Allah pada Hari
kiamat kelak dan tidak luput dari siksaan-Nya. Diantaranya adalah seseorang
yang memilih pemimpin karena mengharapkan keuntungan duniawi darinya (H.R.
al-Bukhari dan Muslim).
Allah Swt.
berfirman dalam Q.S. Al-Qasas ayat 26, yang artinya, “ …Sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja
(pad kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya”
6. Taat
Kepada Pemimpin
Rasulullah Saw. Bersabda,”
Barangsiapa yang taat kepadaku, berarti ia taat kepada Allah. Barangsiapa yang
tidak taat kepadaku, berarti ia tidak taat kepada Allah. Barangsiapa yang taat
kepada pemimpin, berarti ia taat kepadaku, dan barangsiapa yang tidak taat
kepada pemimpin, berarti ia tidak taat kepadaku” (H.R. al-Bukhari). Pemimpin
yang wajib ditaati adalah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun pemimpin
yang melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya, tidaklah wajib di taati. Bahkan
menjadi kewajiban rakyat untuk menegurnya.
7. Menjauhi
Korupsi, Kolusi, Nepotisme
Demi menjaga
wibawa, pemimpin harus menjauhi praktik-praktik tercela seperti korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Dalam sejarah Islam, citra pemimpin yang steril dari
ketiga hal tersebut diperankan oleh para sahabat yang dididik langsung oleh
Rasulullah.
2.
Akhlak
dalam Bertetangga
Tetangga adalah orang yang rumahnya berdampingan
dengan rumah kita, baik dari arah depan, belakang, samping kanan, ataupun kiri.
Tidak diketahui secara pasti sampai seberapa jauh seseorang itu dinamakan
tetangga, apakah sepuluh rumah, empat puluh rumah, atau seratus rumah. Selain
itu, tidakk diketahui pula apakah tetangga itu hanya dalam lingkungan dusun
saja atau mencakup sebuah desa, atau bahkan sampai kecamatan.
Pentingnya
menganyam tali hubungan dengan tetangga ini sejak awal sudah ditegaskan oleh
Rasulullah Saw. Sampai-sampai dalam sebuah hadist digambarkan bahwa kedekatan dengan
tetangga laksana kedekatan dengan saudara.
Diantara
akhlak bertetangga menurut Islam adalah sebagai berikut.
1. Mengenal
Tetangga
Orang yang
hidup di tengah masyarakat perkotaan dihadapkan pada kenyataan hidup yang
individualistic. Hidup sendiri-sendiri, dan tidak saling mengenal. Dalam
konteks ini, tidak mengherankan bila antartetangga tidak saling mengenal,
karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Padahal masalah bertetangga
ini bagi seorang muslim sangatlah krusial dan tidak bisa dipandang sebelah
mata. Hadist Rasulullah yang menganalogikan hubungan tetangga dengan hubungan
saudara patut kita renungkan. Karena itu, sudah sepantasnya kita mengenal
tetangga dan bersilahturahmi kepadanya.
2. Berbuat
baik kepada tetangga
Dalam hal ini
Rasulullah Saw. bersabda “ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Kiamat, maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaknya ia berkata benar atau diam saja”.
Sabda
Rasulullah diatas merupakan pelajaran berharga kepada kita. Salah satunya,
perlakuan kita terhadap tetangga akan mendatangkan perlakuan serupa dari
mereka. Artinya, perlakuan kita kepada mereka akan mempengaruhi perlakuan
mereka kepada kita. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita panen.
3. Memuliakan
Tetangga dan Berwasiat Memuliakan Mereka
Tetangga yang
dekat memiliki dua hak: hak kekerabatan dan hak bertetangga. Dan tetangga yang
jauh memiliki satu hak, yaitu hak bertetangga. Keduanya harus dimuliakan,
dijaga, dan berbuat baik kepada mereka. Dalam hadist Aisyah Ra. Menguatkan hal
ini, dia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda
“ Malaikat Jibril senantiasa
mewariskan kepadaku terhadap tetangga hingga aku menyangka dia akan
mewarisinya” ( H.R. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu
Majah)
4. Diharamkan
Menyakiti Tetangga
Seorang mukmin
diharamkan menyakiti tetangganya dengan cara apapun. Pada hadist Abu Hurairah
Ra. ada larangan dan kecaman buat orang yang menyakiti tetangganya. Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,
“ Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya” (H.R. Al-Bukhari,
Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud).
Menyakiti
tetangga ada beberapa tingkatan. Sebagiannya ringan bila dibandingkan dengan
yang lain, dan sebagiannya berat. Dan menyakiti tetangga yang paling berat
adalah menyakiti keluarga tetangganya. Dan itu dosa yang paling besar di mata
Allah.
5. Bersabar
Terhadap Perilaku Tetangga yang Kurang Baik
Dalam kehidupan
bertetangga, sepatutnya setiap tetangga bisa memosisikan dirinya secara tepat
dan baik. Seorang tetangga mestinya bisa berlaku baik kepada tetangganya. Pada
umumnya, kebaikan seseorang kepada tetangga akan dibalas dengan kebaikan pula
oleh tetangganya. Begitupun sebaliknya. Akan tetapi akhlak luhur yang diajarkan
Islam adalah berusaha membalas kejahatan dengan kebaikan. Inilah tingkatan
akhlak yang paling mulia dalam bertetangga.
Dengan
mengedepankan kesabaran dan keluasan hati, kita tidak akan merasa jengkel meski
diperlakukan zalim oleh tetangga. Malah kita berupaya membalas keburukan mereka
dengan kebaikan. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “ ada tiga
kelompok manusia yang dicintai Allah…- salah satu diantaranya, seseorang yang
mempunyai tetangga, ia selalu disakiti (diganggu) oleh tetangganya, tetapi ia
bersabar atas gangguannya itu hingga kedunya dipisah oleh kematian atau
kepergiannya.” (H.R. Ahmad)
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sesuatu yang disebut baik atau buruk
itu relative sekali, karena bergantung pada pandangan dan penilaian
masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini bersifat subjektif, karena
bergantung pada individu yang menilainya. Beberapa aliran filsafat yang
mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya baik buruk melalui aliran
adat istiadat, aliran hedoisme, aliran intuisisme, aliran utilitarianisme,
aliran vitalisme, aliran religiosme, aliran evolusi, aliran idealism, aliran
tradisional, aliran naturalism, dan alran theologies.
B.
Saran
Dalam menjalani kehidupan sekarang ini
pembaca disarankan dalam menentukan baik buruknya segala sesuatu berpegang pada
Alquran dan sunnah, karena Alquran sebagai pedoman hidup yang berlaku sepanjang
masa dan Assunah sebagai penjelas dan penguat Alquran.
DAFTAR
RUJUKAN
Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf.
Jakarta: PT Rajagrafindo PersadaSalamulloh, M.Alaika. 2008. Akhlak
Hubungan Vertikal. Yogyakarta:
Pustaka Insan MadaniSalamulloh, M.Alaika. 2008. Akhlak
Hubungan Horizontal. Yogyakarta: Pustaka Insan MadaniFuad. 2008. Ringkasan Kitab Adab.
Jakarta: Daarul Qasim
https://www.academia.edu/9951646/Akhlak_bermasyarakat_dan_bernegara
https://www.academia.edu/9576050/FILSAFAT_ILMU_AKHLAK_BAIK_and_BURUK_
https://www.academia.edu/9951646/Akhlak_bermasyarakat_dan_bernegara
https://www.academia.edu/9576050/FILSAFAT_ILMU_AKHLAK_BAIK_and_BURUK_
Posting Komentar untuk "Contoh Makalah Akhlak Dalam Agama Islam"