Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Keterampilan Para Petani Dalam Pertanian

A. Keterbatasan Penguasaan Teknik Budidaya Pada Komoditas Tertentu

1. Pengertian teknik budidaya

Teknik budidaya tanaman adalah proses menghasilkan bahan pangan serta produk-produk agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya tumbuhan. Cakupan obyek budidaya tanaman meliputi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Sebagaimana dapat dilihat, penggolongan ini dilakukan berdasarkan objek budidayanya:
  • Budidaya tanaman, dengan obyek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang diolah secara intensif.
  • Kehutanan, dengan obyek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar.
 Budidaya tanaman memiliki dua ciri penting yaitu:
  • Selalu melibatkan barang dalam volume besar.
  • Proses produksinya memiliki risiko yang relatif tinggi.
Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk keg`iatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.

Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

2. Penyebab yang ditimbulkan dari masalah diatas
  • Kurangnya teknologi yang dapat membuat keterbatasan petani dalam teknis membudidayakan tanaman (komoditi)
  • Rendahnya tingkat pendidikan petani di Indonesia
  • Ketidak mampuan petani dalam hal permodalan
  • Kebiasaan yang turun menurun dari petani terdahulu
3. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut

  a. Teknologi
  • Adanya kemampuan petani untuk memperoleh teknologi yang senantiasa lebih maju dan adanya peran pemerintah untuk menyediakannya secara local. Seperti benih unggul, pupuk, pestisida, dan alat pertanian lainnya.
  • Menyediakan jaringan internet yang dapat memudahkan petani untuk mengakses perkembangan dan informasi dalam pertanian khususnya membudidayakan hasil pertanian.
  b. Pendidikan
  • Dalam aspek pendidikan, yang paling sesuai untuk para petani adalah pendidikan non-formal.
  • Adanya penyuluhan, pelatihan, dan training pertanian yang dilakukan pihak pemerintah dan swasta ke desa-desa terpencil yang sulit untuk mengakses perkembangan teknis membudidayakan hasil pertanian.
 

  c. Modal
  • Adanya peran pemerintah dalam membantu para patani pada permodalan dengan memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah.
  • Adanya peran pengusaha yang memberikan/ yang menginvestasikan modalnya sehingga para petani termotivasi dalam mengembankan hasil produksinya.
  d. Kebiasaan
  • Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada petani untuk melakukan inovasi-inovasi baru yang bisa lebih menguntungkan. Sehingga petani terbiasa melakukan inovasi tersebut dan kebiasaan yang tidak efektif dan efisien.

B. Kurangnya Orientasi Agribisnis

Kurangnya orientasi Agribisnis artinya sikap dan pemikiran para petani-petani di Indonesia yang masih mengedepankan produksi (budidaya) membuat pertanian di Indonesia belum efisien dan efektif dalam pengembangannya.

Prinsip-prinsip yang ditekuninya hanyalah berorientasi atau memikirkan tingkat keuntungan atau paling tidak kembalinya modal. Persoalannya adalah kesederhanaannya dalam menerapkan prinsip bisnis menyebabkan nilai tambah yang diperolehnya sangat minim. Sehingga sering terjadi petani yang menjadi mangsa tangkulak/pengijon dan terkadang petani jadi korban peredaran benih, pupuk, dan pestisida palsu.

Adapun hal-hal yang mendasari sikap atau yang menjadi penyebabnya adalah sebagai berikut:
  • Iklim yang tidak bisa dikembalikan sehingga perlu pembangun strategi dalam membangun agribisnis.
  • Kurangnya modal bagi pelaku agribisnis.
  • Infrastruktur yang belum berkembang dengan baik sehingga menghambat distribusi dalam pemasaran.
  • Kurangnya pengembangan agribisnis bagi para pelakunya secara professional.
  • Kurangnya partisipasi masyarakat dalam membangun agribisnis dan minimnya pengetahuan dalam pengembangan agribisnis sebagai pelaku utama.
Berangsurnya perubahan referensi konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan lengkap, maka motor penggerak sector agribisnis harus berubah dari usaha tani kepada industry pengolahan (Agroindustri)

Orientasi berfikir petani kita harus berubah ke orientasi agribisnis.  Usaha tani harus dipandang sebagai sebuah system yang terdiri dari komponen-komponen yang melengkapinya, diantaranya yaitu:
  1. Input (masukan)
  2. Produksi
  3. Pasca Panen
  4. Pengolahan, dan
  5. Pemasaran
Ke lima factor tersebut adalah factor mutlak yang harus diperhatikan. Bukan hanya sekedar factor produksinya saja . inilah yang dimaksud dengan berfikir yaitu berfikir dari hulu ke hilir (satu siklus usaha tani).

Indonesia adalah Negara yang kaya akan SDA, Indonesia adalah NegaraAgraris dimana semuanya dapat dikembangkan untuk merubah status Negara yang berkembang menjadi menjadi Negara maju.

Petani adalah sebagai penggerak utama perekonomi Negara. Petani harus diberdayakan bukan diperdayakan. Untuk terciptanya itu semua ada factor-faktor yang harus dikembangkan, yaitu:
  1. Lahan (SDA)
  2. Potensi
  3. Tenaga Kerja
  4. Basis Ekonomi Lokal Pedesaan
Banyak hal yang harus dipikirkan oleh petani, bukan hanya mengedepankan produksi semata, tetapi harus memikirkan pasar terlebih dahulu.

Pasar adalah komponen pertama yang mutlak diperhatikan, sebelum melakukan produksi. Informasi pasar sangat penting, karena dengan itu dapat mengetahui berapa banyak suatu komoditas pertanian tersebut yang  dibutuhkan oleh pasar.

Hal-hal yang sering terjadi pada petani yang tidak berorientasi agribisnis yaitu mengalami kerugian. Karena jumlah komoditi yang diproduksi lebih banyak dari pada permintaan pasar (over production) yang menyebabkan komoditi tidak laku dijual dipasaran. Dimana untuk menghasilkan produksi tersebut memerlukan dana atau biaya yang tidak sedikit.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini antara lain :
  • Melakukan penelitian dan mencari strategi dengan teknologi yang tepat dalam mengantisipasi iklim yang terjadi.
  • Adanya kebijakan pemerintah bagi dunia perubahan untuk memudahkan permodalan bagi para pelaku agribisnis
  • Membangun dan membenahi infrastruktur khususnya dipedesaan yang menunjang kegiatan agribisnis.
  • Melakukan pendampingan agribisnis kepada pelaku utama secara professional dan berkelanjutan.
Pentingnya atau pengaruhnya pengembanggaan pertanian yang berorientaasi Agribisnis yaitu:
  1. Meningkatkan pendapatan produksi baik petani maupun pengusaha
  2. Meningkatkan penyerapan tenaga dalam jumlah yang cukup besar
  3. Meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor di sector pertanian
  4. Menambah jumlah industry pertanian(agroindustri) yang baru.
Karena alasan itulah maka pedekatan pembangunan memerlukan sentuhan agribisnis. Agar pendekatan pembangunan memerlukan sentuhan agribisnis ini dapat berhasi maka pemerintah memperkenalkan konsep’ pertanian tangguh’. Konsep ini pada dasar adalah konsep pembangunan pertanian berdasarkan diri pada peningkatan sumber daya manusia(SDM) sebagaimana perminataan daripada yang dituliskan dalam garis besar haluan Negara (GBHN).


C.  Kurangnya Penguasaan Proses Pengolahan Pasca Panen

Pasca panen adalah penanganan hasil pertanian segera setelah pemanenan. Penenganannya mencakup pengeringan, pendinginan, pembersihan, penyortiran, penyimpanan, dan pemasaran. Karena hasil pertanian yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penaganan pasca panen apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pascapanen, apakah akan dimakan segera atau dijadikan bahan makanan lainya.Tujuan utama dari penanganan pascapanen adalah mencegah hilangnya kelembaban, memperlambat perubahan kimiawi yang tidak diinginkan, mencegah kerusakan fisik.

Penanganan pasca panen yang baik akan menekan penurunan baik dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.

Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
  1. Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani : struktur dan komposisi hasil tanaman
  2. Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen
  3. Teknologi penangan pasca panen yang sesuai
Keuntungan melakukan penanganan pasca panen yang baik:

1.Dibanding dengan melakukan usaha peningkatan produksi, melakukan penangananpasca panen yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
  • Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak
  • Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang hati-hati, pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membutuhkan input tambahan (misal pestisida, pupuk, dll).
  • Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila gagal bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panen, bila gagal umumnya tidak menambah “kehilangan”.
  • Menghemat energi. Energi yang digunakan untuk memproduksi hasil yang kemudian “hilang” dapat dihemat.
  • Waktu yang diperlukan lebih singkat (pengaruh perlakuan untuk peningkatan produksi baru terlihat 1 – 3 bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca panen dapat terlihat 1 – 7 hari setelah perlakuan
2. Meningkatkan nutrisi

Melakukan penanganan pasca panen yang baik dapat mencegah kehilangan nutrisi, berarti perbaikan nutrisi bagi masyarakat.

3. Mengurangi sampah, terutama di kota-kota dan ikut mengatasi masalah pencemaran lingkungan.

Keberhasilan penanganan pasca panen sangat ditentukan dari tidakan awalnya, yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin, yaitu segera setelah panen.

  A. Panen

Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam), tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana yang sebaiknya dilakukan. Pada dasarnya yang dituju pada perlakuan panen adalah mengumpulkan komoditas dari lahan penanaman, pada taraf kematangan yang tepat, dengan kerusakan yang minimal, dilakukan secepat mungkin dan dengan biaya yang “rendah”.

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan, yaitu :

1. Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan “kematangan” yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu:
  • Cara visual / penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah,
  • Ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain
  • Cara fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik dan lain-lain.
  • Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari mulai bunga mekar.
  • Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau senyawa yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma dan lain-lain.
2. Melakukan penanganan panen yang baik. Yaitu menekan kerusakan yang dapat terjadi.

Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah. Untuk menetukan waktu panenmana atau kombinasi cara mana yang sesuai untuk menentukan kematangan suatu komoditas, kita harus mengetahui proses pertumbuhan dan kematangan dari bagian tanaman yang akan dipanen.

Menentukan waktu panen atau kematangan yang tepat juga tergantung dari komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Untukserealia (biji-bijian), hasil tanaman dipanen saat biji sudak tua dan mengering. Padabuah-buahan, untuk pemasaran jarak dekat, komoditas dapat dipanen saat sudah matang benar dan ini umumnya tidak sulit untuk ditentukan, tapi untuk pemasaran jarak jauh atau untuk dapat disimpan lama, kita harus mempertimbangkanjarak atau waktu tersebut dengan proses kematangan yang terjadi dari tiap komoditas. Bila panen terlalu awal, kualitas hasil akan rendah, begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan. Selain menentukan kematangan yang tepat, saat akan melakukan panen juga harus memperhatikan kondisi lingkungan yang sesuai.

1. Penanganan Panen yang Baik

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :
  1. Lakukan persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan tidak ceroboh.
  2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, bawang merah dicabut dan pada kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul atau kored dan umbi dkieluarkan dari dalam tanah. Hnidari kerusakan/luka pada umbi saat pembongkaran tanah.
  3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen.
  4. Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil panen di atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen terlalu tinggi.
  5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak melakukan pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar buah dengan wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.
  6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
2. Penanganan segera setelah panen

Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukansegera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan.

Perlakuan tersebut antara lain:
  1. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas.
  2. Pada bijibijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
  3. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
  4. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10°C) dalam waktu 1-2 jam.
  5. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom.
  6. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran).Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
  7. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
  8. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
  9. Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
  10. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.

  B. Penanganan pasca panen

Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:
  1. Grading (pengkelasan) dan standarisasi
  2. Pengemasan dan pelabelan
  3. Penyimpanan
  4. Pengangkutan.
Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain : pemberian bahan kimia, pelilinan, pemeraman.

1. Grading dan Standarisasi

Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam kelas1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya.Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.

2. Pengemasan / pengepakan / pembungkusan

Keuntungan dari pengemasan yang baik:
  • Melindungi komoditas dari kerusakan
  1. Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
  2. Melindungi dari pengaruh lingkungan : temperatur, kelembaban, angin
  3. Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi
  4. Melindungi dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan
  • Memudahkan penanganan :
  1. Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan
  2. Memberikan kesinambungan dalam penanganan
  3. Mengacu pada standarisasi wadah / kontainer
  • Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
  1. Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
  2. Lebih menarik
  3. Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
  4. Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi produk yang dikemas
  • Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya tataniaga
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
  • Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh atau kerusakan lain.
  • Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
  • Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
  • Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau pelindung,harus bersih atau untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik transparan dan lain-lain, harus yang baru.
  • Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
  • Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan lama penyimpanan/pengangkutan.
Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yangdiperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah panen.

3. Penyimpanan (Storage operation)

Tujuan / guna penyimpanan yaitu :
  1. Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
  2. Menampung produk yang melimpah
  3. Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
  4. Membantu dalam pengaturan pemasaran
  5. Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
  6. Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
  1. Mengendalikan laju transpirasi
  2. Mengendalikan repirasi
  3. Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
  4. Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat diperpanjang dengan beberapa cara sebagai berikut :
  • Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen
  • Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage)
  • Perlakuan kimia (chemical treatment)
  • Perlakuan penyinaran (irradiation)
  • Penyimpanan dingin (refrigeration)
Penyimpanan dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau), efektif (bisa digunakan untuk semua komoditas) dan efisien (dapat dikombinasikan dengan cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk kondisi daerah tropis yang mempunyai temperatur udara rata-rata cukup tinggi, penyimpanan hasil pertanian dalam temperatur rendah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
  • Sifat hasil tanaman. Tanaman yang berasal dari daerah tropis umumnya tidak tahan temperatur rendah, temperatur penyimpanan dingin umumnya tidak berada di bawah 12oC. Ketahanan terhadap temperatur rendah dari berbagai bagian tanaman juga berbeda.
  • Hindari chilling injury. (Kerusakan hasil tanaman karena temperature rendah). Penyebab chilling injury bisa karena kepekaan komoditas terhadap temperatur rendah, kondisi tempat penyimpanan, cara penyimpanan dan lama penyimpanan.
  • “Don’t break the cold-chains” Penyimpanan dingin dari suatu hasil tanaman harus berkelanjutan (dalam tataniaga) sampai di tangan konsumen.
Faktor yang berpengaruh pada keberhasilan penyimpanan :
  • Perlakuan sebelum panen
  • Panen dan penanganan panen
  • Precooling
  • Kebersihan
  • Varietas /kultivar hasil tanaman dan tingkat kematangannya
4. Pengangkutan

Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan.

Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
  • Fasilitas angkutannya
  • Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
  • Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
  • Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
5. Pemberian bahan kimia

Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
  • Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit setelah panen.
  • Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul selama penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
  • Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
  • Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas.
  • Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan buah.
  • Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah pembusukan.
  • Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik
Prinsip dasar dari penanganan pasca panen yang baik.

1. Mengenali sifat biologis hasil tanaman yang akan ditangani
  • Hasil pertanian yang telah dipanen masih hidup, masih melakukan respirasi, dantranspirasi, sehingga penanganan pasca panen yang dilakukan harus selalu memperhatikan hal ini.
  • Sifat biologi setiap hasil pertanian berbeda, perlakuan pasca panen yang tepat untuk tiap komoditas akan berbeda.
  • Bagian tanaman yang dimanfaatkan juga berbeda-beda sifatnya (daun, batang, bunga, buah, akar).
  • Struktur dan komposisi hasil tanaman dari tiap bagian tanaman berbeda.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari bagian tanaman setelah panen.
  1. Perubahan fisik / morfologis, contohnya Daun – menguning, Bunga – layu, Batang – memanjang atau mengeras, Buah matang – ranum, - “bonyok” dan lain-lainnya.Buah muda – jagung manis – biji keriput
  2. Perubahan komposisi, contohnya kadar air – berkurang
2. Mengetahui jenis kerusakan yang dapat terjadi
  •   Kerusakan Fisik – Fisiologis
  1. Perubahan-perubahan terjadi karena proses fisiologi (hidup) yang terlihat
  2. Sebagai perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak,
  3. Keras, alot, keriput, dll. Juga bisa terjadi timbul aroma, perubahan rasa,
  4. Peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.

  • Kerusakan Mekanis
  1. Kerusakan disebabkan benturan, gesekan, tekanan, tusukan, baik antar hasil
  2. Tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan
  3. Tindakan manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan.
  4. Karena kondisi hasil tanaman tersebut (permukaan tidak halus atau merata,
  5. Berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit tipis, dll.).
  6. Kerusakan mekanis (primer) sering diikuti dengan kerusakan biologis (sekunder)

  • Kerusakan Biologis
  1. Penyebab kerusakan biologis dari dalam tanaman : pengaruh etilen
  2. Penyebab kerusakan biologis dari luar : Hama dan penyakit

3. Melakukan penanganan yang baik
  • Menggunakan teknologi yang baik dan menyesuaikan dengan tujuan penanganan
  • Hindari kerusakan apapun penyebabnya dalam penanganan pasca panen.
  • Penanganan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti kaidah-kaidah yang ditentukan
  • Mempertimbangkan hubungan biaya dan pemanfaatan.
4. Faktor yang berpengaruh pada kerusakan hasil tanaman
  • Faktor biologis : repirasi, transpirasi, pertumbuhan lanjut, produksi etilen, hama penyakit
  • Faktor lingkungan : Temperatur, kelembaban, komposisi udara, cahaya, angin, tanah/media
D.  Kurangnya Kemampuan Mengakses Pasar

Pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara penjual dan pembeli hingga terbentuknya harga. Pasar juga merupakan salah satu dari 5 syarat mutlak yang dikemukakan oleh Mosher, karena pasar akan menampung hasil-hasil produksi yang berasal dari petani dengan harga yang dapat menguntungkan petani, agar kembalinya biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk berproduksi, sehingga petani dapat melakukan produksi kembali.

Kurangnya kemampuan dalam mengakses pasar disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut:
  1. Biaya, adalah semua pengobanan yang perlu dilakuka untuk suatu produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku. Biaya dikatakan sebagai salah satu penyebab kurangnya kemampuan mengakses pasar, apabila petani  memiliki biaya yang terbatas, dan letak pasar yang jauh dari daerah tersebut, mereka hanya bisa menjual produksi  kepada para pengepul saja karena apabila mereka menjual kepasar, maka petani akan memerlukan biaya tambahan seperti biaya-biaya transportasi kepasar , dan ini akan memberatkan petani yang memiliki biaya terbatas. Sehingga kurangnya kemempuan untuk mengakses pasar.
  2. Transportasi, adalah pemindaha manuusia atau barang dari satu tempat ketempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Karena apabila transportasi menju pasar tidak memadai, maka proses mengakses pasar akan mengalami angguan. Sehingga akan memerlukan waktu yang lebih lama, dan biaya transportasi yang dikeluarkan akan lebih banyak.
  3. Informasi,adalah pesan, ucapan, ekspresi, atau kumpulan pesan yang terdiri dari symbol-simolyang dapat ditafsirkan oleh sipenerima. Karena apabila ekurangnya informasi akan merugikan petani. Seperti disuatu daerah, permintaan suatu kmoditi sangat banyak, dan petani yang tidak mengetahui informasi itu tidak membawa barang produksi  sebanyak yang diinginkan konsumen sehingga petani mengalami kerugian.
Cara mengatasinya:
  1. Biaya, pemerintah harus memberikan pinjaman atau kredit produksi kepatda petani dengan bunga yang rendah. Sehingga petani dapat memiliki biaya untuk mengakses pasar.
  2. Transportasi, pemerintah harus memberikan fasilitas transportasi seperti jalan dan memperbaiki pasar yang rusak untuk memudahkan petani dalam mengakses pasar sehingga hasil pertanian yang dibawa tidak mengalami kerusakan. Pemerintah juga menyediakan jasa pengangkutan sehingga barang/hasil produksi bisa tersebar di daerah-daerah dimana konsumen membutuhkan produksi tersebut.

Posting Komentar untuk "Keterampilan Para Petani Dalam Pertanian"