Contoh Makalah Pada Pendidikan Akhlak Dalam Agama Islam
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi,
perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya
“Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan
“khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan ” Khaliq” yang berarti
Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan. Pengertian akhlak adalah
kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut
akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan
kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada
Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami
akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk
suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
Dengan
demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang
sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni
pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati.bAkhlak
merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,
pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua
yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam
diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang
baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna,
mana yang cantik dan mana yang buruk.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu akhlak terhadap Allah
2. Bagaimana
Akhlak minum dan makan
3. Bagaimana
Akhlak Terhadap sesama manusia
4. Bagaimana
Akhlak Terhadap Makhluk Selain Manusia
5. Bagaimana
Akhlak Terhadap Guru/Dosen dan Orang tua
C.
Tujuan
1. Agar
mengetahui bagaimana kita sebagai seorang muslim berakhlak kepada Allah dan
ciptaanya
BAB II
PEMBAHASAN
Akhlak Terhadap Allah
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal
dari bahasa arab (اخلاق) jamak dari kata خلق yang berarti tingkah laku,
perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah; akhlak adalah daya kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan
direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat
pada diri mausia, sehingga manusia dapat melakukannnya tanpa berfikir
(spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal
dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang
berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi
standar dalam menentukan baik dan buruknya.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada
Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai khalik, Sehingga akhlak kepada
Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan manusia yang dilakukan tanpa
dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya ada pada diri manusia
(sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).
Allah SWT menciptakan manusia dalam
bentuk yang sempurna dan mulia. Kesempurnaan dan kemuliaan itu melekat
seperangkat norma hukum yang wajib dipatuhi oleh manusia, baik norma hukum yang
berbentuk perintah maupun norma hukum yang berbentuk larangan. Sebagai contoh,
shalat lima kali dalam sehari semalam. Shalat itu adalah salah satu perintah
dalam bentuk kewajiban yang berlaku kepada manusia. Pelaksanaan kewajiban itu
bertujuan mencegah manusia berperilaku atau berbuat keji dan mungkar. Hal itu,
berarti mewujudkan manusia yang berperilaku baik atau berakhlak mulia. Perilaku
manusia yang demikian mencerminkan hubungan makhluk dengan Pencipta (Allah
SWT).
Perilaku manusia yang berhubungan
dengan Allah adalah ucapan dan perbuatan manusia. Oleh karena itu, akhlak
manusia yang baik kepada Allah adalah manusia yang mengucapkan dan bertingkah
laku yang terpuji kepada Allah SWT, baik ucapan melalui ibadah langsung kepada
Allah seperti Shalat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya, maupun melalui
perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah di luar
ibadah tersebut. Akhlak kita terhadap Allah Swt sebagai berikut.
a)
Dzikrullah
Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Baqarah ayat 152 yang artinya:
“karena itu, ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 152)
Dan dalam surat Ar-Ra‟d ayat 28
dijelaskan bahwa:
“(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
b)
Tawakal
Tawakal mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan pemahaman manusia akan takdir, ridha, ikhtiar, sabar, dan
do‟a. tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT, untuk
mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudharatan, baik menyangkut urusan
dunia maupun urusan akhirat. Barang siapa yang mewujudkan ketakwaan dan tawakal
kepada Dzat yang telah menciptakannya, dia akan bisa menggapai seluruh kebaikan
yang ada di dunia ini. Mewujudkan tawakal bukan berarti meniadakan ikhtiar atau
mengesampingkan usaha. Takdir Allah SWT. dan Sunnatullah terhadap makhluk-Nya
terkait erat dengan ikhtiar makhluk itu sendiri sebab Allah SWT. yang telah memerintahkan
hambaNya untuk berikhtiar dan pada saat yang sama Dia juga memerintakan
hamba-Nya untuk bertawakal. Ikhtiar itu adalah perintah-Nya terhadap jasad
lahiriah kita, sedangkan tawakal adalah perintah-Nya terhadap hatikita sebagai manifestasi
dari keimanan kita kepada Allah SWT.
c)
Bersyukur
Bersyukur, yaitu manusia
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diperoleh-Nya.
Ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan al-hamdulillah
(segala puji bagi Allah) pada setiap saat, sedangkan bersyukur melalui
perbuatan adalah menggunakan nikmat Allah sesuai dengan keridhaan-Nya. Sebagai
contoh nikmat mata yang diberikn oleh Allah. Mata dimaksud, manusia menggunakan
mata itu untuk melihat-lihat yang diperintahkn oleh Allah SWT untuk mengamati
alam dan sebagainya sehingga hasil dari penglihatan itu dapat meningkatkan
ketakwaannya.
d)
Beristigfar
Beristigfar, yaitu manusia meminta
ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuatnya, baik sengaja maupun
tidak. Oleh karena itu, manusia yang beristigfar adalah manusia yang selalu
mengucapkan astagfirullah al‟adhim Innahu kana ghaffar (aku memohon ampunan
kepada Allah yang Maha Agung, sesungghnya hanya Engkau Maha Pengampun). Selain
itu, beristigfar melalui perbuatan, yaitu manusia yang pernah melakukan dosa
tidak akan mengulangi lagi perbuatan itu. dan sebagainya.
e)
Beribadah
kepada Allah
lbadah berarti “bakti manusia kepada
Allah karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid”83 Yaitu melaksanakan
perintah Allah untuk menyembahnya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim
beribadah membuktikan ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Allah.
Berakhlak kepada Allah dilakukan melalui media komunikasi yang telah disediakan
diantaranya melalui ibadah shalat baik fardhu maupun sunnah.
f)
Berdoa
Kepada Allah
Yaitu memohon apa saja kepada Allah.
Doa merupakan mukhhul ibadah (otak ibadah), karena doa merupakan pengukuan akan
ke Mahakuasa-an Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa dalam ajaran Islam
sangat luar biasa, karena ia mampu menembuas kekuatan akal manusia. Oleh karena
itu berusaha (ikhtiar) dan berdoa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang
bersatu secara utuh dalam aktivitas hidup seorang muslim. Islam menilai orang
yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak menerima keterbatasan dirinya
sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang sombong.
Akhlak terhadap makan dan minum
1.
Pengertian Akhlak Makan dan Minum
Akhlak makan dan minum
adalah sopan santun atau tata karma makan dan minum. Akhlak makan dan minum di
sini yang dimaksud adalah tata cara (kaifiyah) bagaimana seseorang melakukan
makan dan minum sesuai dengan ketentuan syariat islam, yaitu sesuai dengan
petunjuk Al-Qur’an dan sunah Rasulullah saw.
2 . Adab-Adab Makan Yang Rasulullah SAW Ajarkan :
a) Tidak mencela makanan yang tidak disukai.
Abu
Hurairah ra. berkata : “Rasulullah SAW tidak pernah sedikit pun mencela
makanan. Bila beliau berselera, beliau memakannya. Dan jika beliau tidak
menyukainya, maka beliau meninggalkannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari Jabir
ra. bahwa Rasulullah SAW pernah berkata kepada keluarganya (istrinya) tentang
lauk pauk. Mereka menjawab : “Kami hanya punya cuka”. Lalu beliau memintanya
dan makan dengannya, seraya bersabda : “Sebaik-baik lauk pauk ialah cuka
(al-khall), sebaik-baik lauk pauk adalah (yang mengandung) cuka.” (HR. Muslim)
Penelitian
Dr. Masaru Emoto dari Jepang dalam bukunya ’The True Power of Water’ menemukan
bahwa unsur air ternyata hidup. Air mampu merespon stimulus dari manusia berupa
lisan maupun tulisan. Ketika diucapkan kalimat yang baik atau ditempelkan
tulisan dengan kalimat positif, maka air tersebut akan membentuk struktur
kristal yang indah dan bisa memiliki daya sembuh untuk berbagai penyakit.
Sebaliknya, jika diucapkan maupun ditempelkan kalimat umpatan, celaan atau
kalimat negatif lainnya, maka air tersebut akan membentuk struktur kristal yang
jelek dan bisa berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
b) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang tertidur
sedang di kedua tangannya terdapat bekas gajih/lemak (karena tidak dicuci) dan
ketika bangun pagi ia menderita suatu penyakit, maka hendaklah dia tidak
menyalahkan kecuali dirinya sendiri.”
c) Membaca Basmalah dan Hamdalah.
Rasulullah SAW bersabda : “Jika seseorang di antara
kamu hendak makan, maka sebutlah nama Allah SWT. Dan jika ia lupa menyebut
nama-Nya pada awalnya, maka bacalah, ’Bismillahi awwalahu wa akhirahu’ (Dengan
menyebut nama Allah SWT pada awalnya dan pada akhirnya).” (HR. Abu Dawud)
Dalam
riwayat lain, disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW tersenyum, beliau
menjelaskan ketika seorang Muslim tidak membaca Basmalah sebelum makan, maka
syaitan akan ikut makan dengannya. Namun, ketika Muslim tersebut teringat dan
menyebut nama Allah SWT, maka syaitan pun langsung memuntahkan makanan yang
sudah dimakannya.
Rasulullah
SAW juga bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT meridhai seorang hamba yang ketika
makan suatu makanan lalu dia mengucapkan Alhamdulillah. Dan apabila dia minum
suatu minuman maka dia pun mengucapkan Alhamdulillah.” (HR. Muslim, Ahmad dan
Tirmidzi)
d) Makan menggunakan tangan kanan.
Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda : “Jika salah seorang diantaramu makan, maka hendaklah ia makan dengan
tangan kanannya dan jika ia minum maka hendaklah minum dengan tangan kanannya.
Sebab syaitan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim)
Kedua
tangan manusia mengeluarkan tiga macam enzim, tetapi konsentrasi di tangan
kanan lebih banyak daripada tangan kiri. Enzim tersebut sangat membantu dalam
proses pencernaan makanan.
e) Tidak bersandar ketika makan.
Rasulullah SAW bersabda : “Aku tidak makan dengan
posisi bersandar (muttaki-an).” (HR. Bukhari)
“Muttaki-an” ada yang menafsirkan duduk bersilang kaki
dan ada pula yang menafsirkan bersandar kepada sesuatu, baik itu bersandar di
atas salah satu tangan atau bersandar pada bantal. Ada pula yang menafsirkan
bersandar pada sisi badan. Rasulullah SAW jika makan, tidak makan dengan
menggunakan alas duduk seperti bantal duduk sebagaimana orang-orang yang ingin
makan banyak dengan menu makanan yang variatif. Rasulullah SAW menjadikan
makannya sebagai ibadah kepada Allah SWT. Karenanya beliau duduk tanpa alas dan
mengambil makanan secukupnya.
f) Memakan makanan yang terdekat dahulu.
Umar bin Abi Salamah ra. bercerita : “Saat aku belia,
aku pernah berada di kamar Rasulullah SAW dan kedua tanganku seringkali
mengacak-acak piring-piring. Rasulullah SAW bersabda kepadaku, ’Nak, bacalah
Bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah dari makanan baik yang
terdekat.” (HR. Bukhari)
g) Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Dari Mikdam bin Ma’dikarib ra. menyatakan pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Tiada memenuhi anak Adam suatu tempat yang
lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah untuk anak Adam itu beberapa suap yang
dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak ada cara lain, maka sepertiga
(dari perutnya) untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minuman dan sepertiganya
lagi untuk bernafas.” (HR. Tirmidzi dan Hakim)
h) Menjilat tangan ketika makan tanpa sendok atau garpu.
Dari
Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jika salah seorang diantaramu
makan, maka hendaklah ia menjilati jari-jemarinya, sebab ia tidak mengetahui
dari jemari mana munculnya keberkahan.” (HR. Muslim)
Dalam
hadits riwayat Imam Muslim pula, Ka’ab bin Malik ra. memberikan kesaksian bahwa
ia pernah melihat Rasulullah SAW makan dengan menggunakan tiga jarinya dan
beliau menjilatinya selesai makan.
Penemuan
kesehatan modern menunjukkan bahwa ketika kita makan dengan jari dan menjilati
jari untuk membersihkannya, maka jari tersebut mengeluarkan enzim yang sangat
membantu bagi kelancaran pencernaan.
i)
Membuang kotoran dari makanan yang terjatuh lalu memakannya.
Dari Anas bin Malik ra. berkata bahwa Rasulullah SAW
sering makan dengan menjilati ketiga jarinya (Ibu jari, telunjuk dan jari
tengah), seraya bersabda : “Apabila ada makananmu yang terjatuh, maka buanglah
kotorannya dan hendaklah ia memakannya serta tidak membiarkannya untuk
syaitan.” Dan beliau juga memerintahkan kami untuk menjilati piring seraya
bersabda : “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui pada makanan yang mana adanya
berkah itu.” (HR. Muslim)
Islam
melarang hal-hal yang mubazir, termasuk dalam hal makanan. Seringkali kita
menyaksikan orang yang mengambil makanan berlebihan sehingga tidak habis
dimakan. Makanan yang mubazir itu akhirnya dibiarkan untuk syaitan, padahal
bisa jadi sebenarnya pada makanan tersebut terdapat keberkahan. Oleh karena
itu, ketika mengambil makanan harus berdasarkan perhitungan bahwa makanan
tersebut akan habis dimakan.
j)
Makan dan minum sambil duduk.
Rasulullah SAW suatu ketika melarang seorang lelaki
minum sambil berdiri. Berkata Qatadah : “Bagaimana dengan makan?” Rasul
menjawab : “Itu lebih buruk lagi.” (HR. Muslim)
k) Tidak bernafas ketika minum dan menjauhkan mulut dari tempat minum
ketika bernafas.
Dari Abu Al-Mutsni Al-Jahni ra berkata, aku pernah
berada di rumah Marwan bin Hakam, tiba-tiba datang kepadanya Abu Sa’id ra.
Marwan berkata kepadanya : “Apakah engkau pernah mendengar Rasulullah SAW
melarang bernafas di tempat minum?”. Abu Sa’id menjawab : “Ya. Ada seseorang
pernah berkata kepada Rasulullah SAW, ”Aku tidak kenyang dengan air hanya satu
kali nafas.”
Lalu
Rasulullah SAW bersabda, “Jauhkanlah tempat air (gelas) dari mulutmu, lalu
bernafaslah!” Orang itu berkata lagi, “Sesungguhnya aku melihat ada kotoran
pada tempat minum itu”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, ”Kalau begitu,
tumpahkanlah! (HR. Abu Dawud)
Dan
juga dari Ibnu Abbas ra. berkata : “Rasulullah SAW telah melarang untuk
menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR.
Tirmidzi)
Rasulullah
SAW melarang bernafas ketika minum. Apabila minum sambil bernafas, tubuh kita
mengeluarkan CO2 (Karbondioksida), apabila bercampur dengan H2O (Air) dapat
menjadi H2CO3 (Cuka) sehingga menyebabkan minuman menjadi acidic (Asam). Hal
ini dapat terjadi juga ketika meniup air panas. Makanan dan minuman panas
sebaiknya tidak didinginkan dengan ditiup, tapi cukup dikipas.
l)
Tidak duduk
pada meja yang dihidangkan makanan haram.
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia tidak
duduk pada meja makan yang padanya diedarkan minuman khamr.” (HR. Imam
Tirmidzi)
m) Mendo’akan yang mengundang makan.
Dari Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW pernah
datang ke Sa’ad bin Ubadah ra. yang menghidangkan roti dan mentega. Rasulullah
SAW memakannya, lalu beliau bersabda : “Telah berbuka di sisimu orang-orang
yang berpuasa. Hidanganmu telah dimakan oleh orang-orang shalih (baik) dan malaikat
pun mendo’akan kebaikan untukmu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
n) Menutup tempat makan dan minum.
Dari
Jabir ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : “Tutuplah tempat makanan dan
tempat minuman!” (HR. Bukhari Muslim)
Menutup
tempat makan dan minum sangat bermanfaat untuk menghindarkan makanan dari
polusi udara, kotoran atau zat-zat berbahaya yang dapat masuk ke dalam makanan
atau minuman yang tidak titutupi.
Akhlak Terhadap sesama Manusia
Akhlak mulia terhadap sesama
manusia, pada prinsipnya merupakan implikasi dari tumbuh dan berkembangnya iman
seseorang. Salah satu indikator kuatnya iman seseorang terlihat dalam
perilakunya sehari-hari terhadap orang lain, bagi muslim yang menjalankan
keimanan dengan baik dan sempurna, akan tercermin akhlak mulianya terhadap
sesama. Islam memerintahkan manusia untuk memenuhi hak-hak pribadinya yang
berlaku adil terhadap dirinya sendiri, dalam memenuhi hak-hak pribadinya juga
tidak boleh merugikan hak-hak orang lain. Islam mengimbangi hak-hak pribadi,
hak-hak orang lain dan hak masyarakat sehingga tidak timbul pertentangan.
Semuanya harus bekerja sama dalam mengembangkan hukum-hukum Allah. Akhlaq
terhadap manusia merupakan sikap seseoarang terhadap orang lain.
a)
Akhlak Terhadap Rasulullah SAW.’
Akhlakul karimah kepada
Rasulullah adalah taat dan cinta kepadanya. Menaati Rasulullah berarti
melaksanakan segala perintahnya dan menjahui larangannya. Cara mentaati
Rasulullah, antara lain:
1.
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa
perintah Rasulullah adalah perintah Allah yang wajib ditaati
2.
Melaksanakan dengan ikhlas segala
perintahnya dan meninggalkan larangannya.
3.
Mematuhi hukum-hukum yang telah
ditetapkan.
4.
Mencontoh perilaku Rasulullah dalam
segala aspek
5.
Mengerjakan segala perbuatan yang
dianjurkan (sunnah) dan meninggalkan sesuatu yang dibenci (haram atau makruh)
Nabi Muhammad yang
menerima wahyu dari Allah Beliau diutus Allah Untuk seluruh umat manusia,
sebagai pembawa berita gembira dengan penderitaan umatnya, yang sangat
mendambakan kebaikan untuk mereka. Sebagai seorang mukmin
sepantasnyalahmencintai beliau melebihi mencintai kepada siapapun selain Allah
dengan cinta inilah yang membuktikan pertanda betul-betul beriman kepada
beliau. Dengan mencintai Rasulullah saw. tentu juga mencintai
orang-orang yang beliau cintai (keluarga, sahabat dan pengikutnya). “Apabila
mencintai Rasulullah saw.,maka juga berkewajiban menghormati dan memuliakan
beliau melebihi dari menghormati dan memuliakan manusia-manusia lain”.
Melakukan sesuatu sesuai dengan keteladanan Rasulullah saw. antara lain:
Pertama, memperkokoh moral religious, segala tingkah laku dijiwai
oleh semangat al-Qur‟an dan al-Sunnah. Dengan begitu kita akan selamat dunia
dan akhirat. Kedua, berusaha
menjadikan diri kita sebagai manusia yang ideal, insan kamil, sebagaimana
Rasulullah. Gambaran manusia ideal ialah manusia yang terbebasan (the liberated
man), yaitu manusia pemurah, tidak banyak keinginan, kreatif, mampu menyatakan
diri dan bakat-bakatnya dalam suatu tindakan penciptaan tanpa paksaan, baik
dalam pekerjaan berupa kerajinan tangan, kegiatan intelektual maupun seni, atau
dalam hubungan-hubungan dan persahabatan dengan orang lain. Ketiga, sikap keagamaan yang memandang
kepercayaan atau iman sebagai tujuan pada diri sendiri. Aktualisasi Uswatun
Hasanah Rasulullah saw. ialah menanamkan akhlak nabawi dan akhlak Ilahi
(al-takhalluq bi akhlaqi Allah).
b) Akhlak terhadap Kedua Orang Tua
Memperlakukan orang tua
dengan hormat dan baik merupakan salah satu ajaran teragung Islam, sebagaiman
dengan jelas ditegaskan dalam AlQur‟an dan Sunnah. Islam mengangkat derajat
orang tua pada tingkat yang tidak dikenal dalam agama lain. Islam menempatkan
kebaikan dan sikap hormat kepada orang tua berada hanya satu tingkat dibawah
keimanan kepada Allah dan ibadah yang benar kepada-Nya.
Al-Qur‟an menunjukkan
gambaran yang tegas mengenai tingginya kedudukan orang tua, dan menerangkan
cara yang baik bagi seorang muslim dalam memperlakukan mereka, jika salah satu
atau keduanya hidup pada usia senja dan mencapai masa uzur dan lemah. Nabi saw,
seorang pendidik, menempatkan kebaikan dan sikap hormat kepada orang tua berada
diantara perbuatan teragung dalam Islam: shalat tepat waktu dan jihad di jalan
Allah.
Menurut Muhammad Ali
al-Hasyimi, dalam bukunya yang berjudul Muslim Ideal Pribadi Islam dalam
al-Qur‟an dan as-Sunnah, mengatakan bahwa shalat adalah “dasar atau pondasi
keimanan, dan jihad adalah puncak keislaman. Ini menunjukkanbetapa tingginya
status yang diberikan Nabi kepada orang tua.
Ibu adalah orang yang
paling utama yang banyak pengorbanan dan bersusah payah terhadap kepentingan
anaknya. Dari sejak anak masih dalam kadungan merawat janinnya sampai bayi yang
lahir dan besar hingga dapat hidup sendiri.
Kemudian orang tua yang
banyak jasanya terhadap anak adalah bapak. Bapak bekerja untuk memenuhi
keperluan anak dan keluarganya. Oleh sebab itu setiap manusia harus berbakti
dan berbuat baik kepada kedua orang tua.
c) Tolong Menolong
Menyadari atas kelemahan
masing-masing orang, maka al-Qur‟an menyuruh umat Islam untuk hidup tolong
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
al-Anfal ayat 72
Artinya: “Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya
pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum
berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum
mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam
(urusan pembelaan) agama, Maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali
terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
d) Amanah
Amanah mempunyai arti
kepercayaan, boleh dipercaya, teguh memegang janji, dan lain sebagainya. Secara
luas dapat diartikan teguh dalam melaksanakan kewajiban dan menunaikan hak-hak,
baik terhadap diri sendiri, masyarakat dan Tuhan. Khusus mengenai amanah
terhadap sesama manusia menyangkut segala bidang kehidupan dan hubungan, ada
yang bersifat pribadi, dalam ruang lingkup pekerjaan dan fungsinya
masing-masing. Dan ada pula yang bersifat umum, yaitu dalam hal-hal yang
bersangkut paut dengan kepentingan dan nasib orang banyak.
e) Memegang Teguh Sillaturrahmi sesuai ajaran Islam
Seorang muslim sejati
memegang teguh tali sillaturrahmi merupakan salah satu ajaran keimanan.
Memegang sillaturrahim bukan sekedar memberikan sedekah namun lebih dari itu.
Memperteguh tali sillaturrahim ini dilaksanakan dengan memberikan uang kepada
keluarga yang lebih miskin, dengan kunjungan-kunjungan yang memperkuat
hubungan, dan saling memberikan kebaikan, dengan memberikan nasehat satu sama
lain tanpa ada perasaan egois dengan mengucapkan kata-kata yang baik kepada
saudara-saudaranya, dengan memberikan sikap-sikap yang baik, dan dengan
perbuatan-perbuatan kebajikan inilah apa yang dinasehatkan Rasullulah yang
menuntun umat Islam untuk memegang teguh tali sillaturrahim walaupun dengan
cara yang paling sederhana.
Nabi Saw memberikan
nasehat yang mendorong pada peguatan sikap kebaikan, kesabaran pemaaf dan
toleransi dalm hati seseorang yang berupaya memegang teguh tali silaturrahim
namun tetap menerima penolakan atau perlakuan buruk sebagai balasannya. Beliau
mengemukakan bahwa Allah bersama siapa pun yang berupaya memperlaukan
saudara-saudaranya dengan baik.
f) Toleran dan pemaaf
Jika sedang marah kepada
saudaranya, seorang muslim menahan marahnya dan segara memaafkannya, dan dia
tidak merasa malu melakukan hal demikian. Jiwanya tidak pernah menyimpan
dendam, bila dia mengendalikan marahnya, maka dia akan memaafkannya dan dengan
demikian dia termasuk orang yang berbuat kebajikan. Amarah memang sulit
dikendalikan, karena merupakan berat di hati. Namun ketika seseorang memaafkan
orang lain, beban berat ini terangkat, membebaskan dirinya, menenangkan dan
mendamaikan pikiran. Ini semua merupakan perasaan ihsan (kebaikan) yang
dirasakan umat Islam manakala dia memaafkan saudaranya. Inimerupakan kehormatan
besar dari Allah, yang menyatu dengan karakteristik seorang muslim yang toleran
dan pemaaf, sehingga dia menjadi salah satu diantara orang-orang yang berbuat
baik, yang dicintai Allah, dan salah seorang yang terhormat dan dicintai orang
lain
Toleransi merupakan
karakteristik manusia yang ditekankan dalam Al-Qur‟aan. Orang-orang yang
mencapai sifat mulia dinilai sebagai teladan kesalehan yang utama dalam Islam
dan termasuk kelompok orang yang berbuat kebaikan yang akan memperoleh cinta
dan ridha Allah SWT.
Akhlak Terhadap Makhluk Selain Manusia
Allah telah memberikan kelengkapan
bagi manusia berupa potensipotensi rohani yang tidak dimiliki oleh
makluk-makluk hidup yang lain terutama akal. Oleh karena itu, manusia diberi
beban tugas untuk memelihara, melestarikan dan memanfaatkan alam sekitar. Itulah
tugas manusia sebagai penguasa di bumi ini untuk mengurus, memelihara dan
mengelola alam semesta ini.
Lingkungan atau alam sekitar adalah
segala sesuatu yang berada disekitar manusia seperti, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tidak bernyawa. Segalanya diciptakan oleh
Allah sebagai bekal manusia dalam
mengarungi hidup di dunia.
Tumbuh-tumbuhan
termasuk makhluk Allah yang secara langsung dan tidak langsung dapat dirasakan
manfaatnya dan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Manusia dalam
hidupnya banyak tergantung pada tumbuh-tumbuhan, karena makanan pokok manusia
sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu agar bekal
persiapan Allah tersebut dapat terjaga dengan baik, maka manusia yang
diserahkan sebagai penguasa bumi mempunyai kewajiban untuk mengelola alam
dengan baik
a) Akhlak Menjaga terhadap Tumbuhan-tumbuhan
1.
Menjaga dan melestarikan alam
Manusia yang merupakan bagian dari segala hal yang ada dalam lingkungan
hidup, memiliki hubungan timbal balik dengan lainnya sehingga terbentuk suatu
ekosistem. Kemampuan manusia mengolah alam dan membuat hal-hal yang baru turut
mempengaruhi keseimbangan lingkungan hidup.
Menurut pandangan al-Qur‟an, manusia
kaitannya dengan lingkungan hidup memiliki tanggung jawab dan memikul tanggung jawab
dan memikul amanat Allah terhadap alam,
berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam dengan segala usaha. Dengan berbagai
alat-alat teknologi yang dimilikinya manusia sambil memanfaatkan sumber daya
alam untuk kebutuhan hidupnya, juga meningkatkan pelestariannya dan tidak
merusaknya.
2.
Jangan menebang pohon sembarangan
Salah satu sunatullah, bahwa hutan yang
ditumbuhi pepohonanmenyimpan humus, dan humus tersebut dapat menyimpan air.
Oleh karena itu, manusia tidak boleh merusak hutan dan menebang kayu secara
liar tanpa pertimbangan akibat dan bahaya yang timbul. Penebangan hutan secara
liar dapat mendatangkan kekeringan dari sumber air, dan dapat pula
mengakibatkan banjir yang tidak terbendung.
.
3.
Memelihara Pohon dan Tanaman
Setiap orang harus mengusahakan untuk
memberi pupuk dan memelihara pohon atau tanaman, agar tanaman atau pohon itu
memberikan buah, atau hasil lebih banyak dan lebih baik. Usaha seperti ini
bukan sebagai perbuatan merubah takdir Allah, tetapi sebagai ikhtiar dan usaha
pengembangan, sesuai dengan sunatullah
b) Akhlak terhadap Hewan
Hewan melata yang ada
dibumi dan burung-burung yang berterbangan di udara, merupakan makhluk ciptaan
Allah yang memiliki ruh, hewan dilengkapi dengan memiliki kekuatan yang
berbeda-beda antara hewan yang satu dan lainnya yang perlu dilakukan dengan
baik oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.
Hewan ada yang jinak
dan tidak berbahaya, tetapi ada yang buas dan sangat berbahaya bagi manusia.
Kaitannya dengan kewajiban manusia terhadap hewan, tidak ada nash yang secara
khusus menyebutkan hal tersebut, tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa
kewajiban manusia terhadap hewan disesuaikan dengan manfaat hewan tersebut bagi
kehidupan manusia. Ajaran Islam mengatur manusia bagaimana harus berbuat
(berakhlak) terhadap hewan.
Akhlak Terhadap Guru dan Orang Tua
a) Akhlak seorang anak kepada kedua
orang tua
Orangtua adalah dua orang yang
menjadi perantara Tuhan mengantarkan kita didunia ini. Mereka mengemban tugas
yang besar. Mendidik dan membimbing kita dari kita lahir atau mungkin dari saat
kita masih dalam kandungan Ibu hingga dewasa. Mereka selalu mengupayakan yang
terbaik untuk anak-anaknya, bahkan harus lebih baik dari orangtuanya. Orangtua
mau bersusah payah dan mengorbankan kesenangan mereka demi kebahagiaan
anak-anaknya.
Dalam islam, anak adalah titipan
Allah SWT yang harus dijaga, dirawat dan dibimbing seiring anak mereka tumbuh
dan berkembang. Maka orangtua mengemban tanggung jawab yang besar. Mereka harus
mendidik anak-anak mereka agar kelak menjadi anak yang shaleh shalehah dan
berkepribadian baik.
Jika orangtua berusaha bekerja keras
mengerjakan kewajibannya, maka seorang anak pun mempunyai kewajiban untuk
memiliki akhlak yang baik kepada orangtuanya.
Berikut
ini adalah kewajiban anak kepada orangtua :
1. Bertutur
kata yang baik dan bersikap sopan
Sebagai seorang anak kita tidak boleh berkata kasar,
apalagi membentak orangtua. Jangan bersuara lebih keras dari suara mereka,
jangan memutus pembicaraan mereka, jangan berhohong saat beradua pendapat
dengan mereka. Bicaralah dengan nada lembut dan bahasa yang santun. Jangan pula
mengejutkan mereka saat sedang tidur, selain itu, jangan sekali-kali meremehkan
mereka.
Tidak sekedar ucapan yang lemah lembut saja yang harus
kita jaga, namun juga disertai dengan sikap sopan dan santun terhadap orang
tua. Semisal kita mengucapkan salam ketika pulang, tidak sekedar seperti orang
masuk pasar. Terlebih lagi kita harus menjauhi sikap kurang ajar kepada orang
tua.
2. Ringan
tangan membantu
Banyak dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada
berbagai rutinitas orang tua, terutamanya Ibu yang sebenarnya cukup melelahkan,
namun atas dasar tanggung jawab sebagai orang tua, perkara-perkara rutinitas
keseharian itu tidak menjadikan mereka berkeluh kesah. Maka tidak ada salahnya
bagi kita untuk membantu meringankan beban orang tua tersebut, seperti halnya
membantu mencuci piring, menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan rumah
dan lain-lain. Walaupun tidak setiap hari kita bisa membantu dalam meringankan
pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi niscaya itu akan membuat orang tua merasa
bahagia.
Jika orang tua memerintahkan suatu hal kepada kita, yang
mana hal tersebut dapat kita jalankan, maka jangan menolak atau menunda-nunda.
Orang tua ‘melayani’ kita sejak kita lahir, sejak masih bayi hingga dewasa
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
Jadi tidak pantas ketika orang tua kita
memerintahkan kita untuk melakukan suatu perkara yang sanggup kita kerjakan,
namun kita mencari-cari alasan untuk mengelak dari perintah tersebut.
3. Bersikap
Sabar dan Menahan Marah
Semakin bertambahnya usia orangtua, maka akan semakin
‘rewel’ sikap mereka, seperti anak kecil lagi. Dikarenakan kondisi
kesehatan yang sudah tidak prima lagi, terkadang orang tua semakin renta usia
mereka maka semakin sensitif dan mudah marah.
Dalam keadaan seperti ini kita harus berusaha untuk
menahan diri dengan bersabar dan mendoakan. Bahwasannya surga itu adalah tempat
yang salah satu ciri-ciri penghuninya adalah mereka yang dapat menahan marah.
Bandingkan dengan kesabaran orang tua yang mengasuh kita sejak kecil hingga
dewasa, sabar menghadapi kebandelan kita, sabar menasehati kita, walaupun
mereka marah tetapi mereka masih merawat kita.
4. Tidak
Menyia-nyiakan Kerja Keras Orang Tua
Di jaman sekarang ini, banyak kita temui anak yang tidak
bisa menghargai perjuangan dan kerja keras orang tuanya dalam menafkahi mereka,
menyekolahkan mereka, dan perjuangan mereka tersebut adalah untuk membuat kita
menjadi lebih baik, bahkan lebih baik dari mereka
5. Merawat
Mereka Saat Usia Semakin Renta
Saat kita masih kecil hingga kita dewasa orang tua
merawat kita dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Saat kita sakit sejak kita
bayi hingga dewasa, orang tua menjaga kita siang dan malam. Ingat bagaimana Ibu
kita memandikan kita, menyuapi kita dengan telaten, memakaikan baju setiap
hari, mengajari kita hal-hal yang baik, mengganti popok kita, dan lain-lain.
Sekarang banyak anak-anak yang menaruh orang tuanya di
panti jompo dikarenakan mereka lebih memilih menghabiskan semua waktu untuk
mengejar nafsu duniawi daripada mengurusi orangtua mereka dihari tua. Padahal
saat-saat seperti itu orangtua sangat membutuhkan bantuan. Apalagi jika sudah
sakit-sakitan. Sungguh kebanyakan orang tua akan nelangsa dengan perlakuan
seenaknya oleh anak yang mereka rawat dari kecil.
6. Mendoakan
orangtua yang sudah meninggal
Bagi kaum muslimin yang mana kedua
orang tua atau salah satunya meninggal, bahwasanya doa dari anak yang sholeh
begitu luar biasa memberi manfaat bagi orang tua yang telah meninggal.
Telah banyak hadist yang menerangkan tentang bagaimana
kebaikan yang akan didapatkan orang tua di kehidupan setelah mati jika memiliki
anak-anak yang sholeh yang mau mendoakan mereka. Dan shaleh ataupun shalehah
itu harus diperjuangkan dengan cara taat pada Allah SWT dan mengikuti tuntunan
Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Sebaliknya anak-anak yang tidak mau taat kepada perintah
Allah dan sebaliknya gemar berbuat dosa akibat meninggalkan shalat, berbuat
maksiat, tidak mau belajar ilmu agama dan hal-hal yg dibenci Allah serta
RasulNya. Maka sang anak hanya akan memberikan beban berat yang harus
dipertanggung jawabkan orang tuanya di akhirat.
b)
Akhlak
seorang siswa kepada Guru atau Dosen
Murid adalah orang yang sedang
belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk keberkahan dan
kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah
diperoleh dari seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau
etika yang benar terhadap gurunya.
Bagaimanapun juga guru merupakan
orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka adalah orang
tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati orang
tua kandung kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlah adalah ilmu yang menentukan
batas antara mana yang baik dan mana yang buruk, terpuji ataupun tercela yang
menyangkut perilaku manusia menyangkut perkataan, perbuatan manusia terhadap
Allah Swt, Sesama Manusia, dan Makhluk Selain Manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Hafidz. 2015. “NIZHAM FI AL-ISLAM:Pokok-Pokok Peraturan Hidup Dalam Islam”. Bogor: Al Azhar Freshzone
Ahmad Zainal. 1993. Buku “Adab Makan Dan Minum
Rosulullah” .Semarang.
An-Nabhani, Taqiyuddin. 2014. “peraturan hidup dalam islam”. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia
M, Marzuki. 2009. Buku “Prinsip Dasar Akhlak Mulia:
Pengantar Studi Konsep-konsep Dasar”.
Yogyakarta: Debut Wahana Press & FISE UNY.
https://www.academia.edu/28912843/Makalah_AKHLAK_DALAM_AJARAN_ISLAM_rev isi
https://www.kompasiana.com/moh.holili/552ae4f3f17e613050d623d0/akhlak-anak-terhadap-orang-tua-dan-murid-terhadap-guru
https://www.academia.edu/27635159/AKHLAK_KEPADA_SESAMA_MANUSIA
Posting Komentar untuk "Contoh Makalah Pada Pendidikan Akhlak Dalam Agama Islam"